HUKAMANEWS - Pemerintah tengah menggodok skema subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang paling efektif dan tepat sasaran.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa skema blending menjadi opsi paling memungkinkan dalam implementasi subsidi BBM.
Sementara itu, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan justru mendorong subsidi langsung ke masyarakat melalui skema bantuan langsung tunai (BLT).
Perbedaan pandangan ini memunculkan pertanyaan, mana yang lebih realistis dan menguntungkan rakyat?
Bahlil menegaskan bahwa skema subsidi BBM masih dalam tahap kalkulasi oleh pemerintah. Hingga saat ini, belum ada keputusan final terkait model yang akan digunakan.
Namun, dari beberapa opsi yang dikaji, skema blending dinilai lebih masuk akal dan berpotensi lebih cepat diterapkan dibanding subsidi langsung.
"Kemungkinan, salah satu potensi di antara alternatif yang hampir mendekati keputusan itu adalah skema blending," ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta.
Konsep blending dalam subsidi BBM berarti sebagian subsidi diberikan dalam bentuk harga yang lebih murah pada produk BBM, sementara sebagian lainnya diberikan dalam bentuk BLT kepada masyarakat.
Baca Juga: Drama Politik Memanas! Megawati Ambil Alih PDIP Usai Hasto Diborgol KPK!
Dengan skema ini, subsidi tetap ada pada komoditas, namun dengan pendekatan yang lebih fleksibel untuk menyesuaikan kebutuhan ekonomi masyarakat.
Model ini juga dianggap lebih adaptif terhadap dinamika harga energi global.
Di sisi lain, Luhut Binsar Pandjaitan justru mendorong agar subsidi BBM tidak lagi diberikan pada komoditas, melainkan langsung ke individu yang berhak menerimanya.
Menurutnya, subsidi komoditas selama ini sering salah sasaran dan justru lebih banyak dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu.
Baca Juga: OJK Resmi Bekukan Jiwasraya, Pemegang Polis Gigit Jari atau Ada Harapan?