Momen ini memunculkan perdebatan di kalangan publik tentang bagaimana batasan humor dalam dakwah.
Beberapa pihak mendukung penggunaan humor sebagai cara untuk mendekatkan diri dengan jamaah, namun menekankan bahwa humor harus tetap bermuatan positif dan tidak menyinggung pihak tertentu.
Sebaliknya, ada juga yang menilai humor dalam dakwah cenderung membuka celah untuk salah tafsir dan penyalahgunaan, sehingga harus dihindari sepenuhnya.
Gus Hilmi, melalui pernyataannya, mengajak para pendakwah untuk menjadikan dakwah sebagai media yang benar-benar membawa manfaat dan hikmah bagi umat.
Baca Juga: Dibekuk! Lima Admin dan Pengelola Situs Judi Online Akurasi4D, Modus dan Hukuman Terungkap
"Semoga ke depannya tidak ada lagi yang seperti ini," tulisnya, menutup cuitan tersebut dengan harapan akan perubahan.
Ceramah yang mulia seharusnya mengutamakan nilai-nilai luhur Islam, bukan malah menurunkan derajatnya dengan candaan yang tidak berfaedah.
Perdebatan ini juga menjadi refleksi bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga akhlak, baik dalam dakwah maupun kehidupan sehari-hari.
Apakah ini akan menjadi pelajaran bagi para pendakwah untuk lebih bijak dalam berceramah?
Atau justru semakin memperuncing perdebatan tentang cara berdakwah yang ideal?
Yang jelas, dakwah adalah media penyampai kebaikan, bukan panggung hiburan belaka.***