Netizen lain juga menyuarakan pandangan mereka.
“Makin kalap belain Miftah, makin banyak testimoni khalayak atas tingkah laku dia selama jadi 'pendakwah.' Benar-benar miris masyarakat kita mengonsumsi 'ceramah' seperti itu,” ujar akun @edy12.
Kontroversi yang melibatkan Gus Miftah ini tak hanya berdampak pada reputasi pribadinya, tetapi juga menimbulkan keresahan di industri pertelevisian.
Hanum Rais menceritakan pengalaman salah satu televisi lokal yang bahkan harus "berperang" dengan tombol sensor suara selama siaran langsung di bulan Ramadan.
“Fuuufh… makin amburadul. Orang MCR pencet tombol suara 'tuuut' melulu setiap dia buka mulut,” ujar Hanum dalam unggahannya.
Unggahan Hanum ini menambah panjang deretan kritik terhadap Gus Miftah, yang beberapa waktu lalu juga memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden.
Langkah tersebut dilakukan setelah kritik deras terkait ucapannya yang dianggap tidak pantas sebagai tokoh agama.
Di tengah arus kritik yang terus mengalir, Gus Miftah kini menjadi sorotan publik.
Permintaan maaf yang disampaikannya mungkin belum cukup untuk meredam polemik, apalagi jika melihat reaksi netizen yang semakin masif.
Pertanyaannya, apakah Gus Miftah akan merefleksikan kontroversi ini untuk membangun kembali citranya sebagai pendakwah?
Ataukah ia akan tetap menjadi sosok yang “apa adanya,” meski berisiko kehilangan kepercayaan dari masyarakat luas?
Satu hal yang pasti, publik kini memiliki lebih banyak suara untuk menilai.