"Jadi sama sama, jadi mobil polisi, mobil hitam, mobil putih. Nah karena kita keliling sama-sama, banyak masyarakat pikir itu mobil saya, jadi warga acung-acungkan dua jari Lucky Hakim," terangnya.
Sementara Nina adalah paslon nomor urut 3.
"Jadi warga salah mobil dan bupatinya berhenti, marah-marah ke warga kamu ngapain ngacungin dua jari. Menurut saya sudah masuk ranah apa ya lihat warga dimarah-marahin dan dikerubungin ajudannya dan lapor polisi minta ditangkap," ujar Lucky yang menyesali aksi Bupati Nina.
Padahal Bupati Nina adalah pejabat negara dimana gajinya sendiri diterima dari rakyat.
"Maaf Ibu Nina sudah jadi Bupati sudah terima gaji ya dari rakyat, sementara saya baru calon belum terima gaji dari rakyat. Maaf warga itu kan lugu, tidak bisa bedakan Fortuner hitam dan Pajero hitam, sama-sama dikawal dan depannya mobil patwal," katanya.
Jadi wajarlah jika masyarakat salah teriak ke paslon karena rombongannya mirip dan ketika warga disambut dengan jari dua, Bupati langsung emosi.
Lucky sendiri menyesali sikap Bupati Nina yang emosi dan marah-marah ke warga, apalagi ada ancaman bakal ditangkap dan dengan arogan sebut nama Dai Bachtiar adalah bapaknya.
"Karena keringat rakyatlah yang bayar gaji Bupati Nina. Mestinya bersikap lemah lembut kan gajinya dibayar pake keringat rakyat, kalau sudah begini warga sendiri dibully," pungkas Lucky.***