Situasi ini menyebabkan investor besar dari luar daerah terus mendominasi proyek-proyek besar, sementara pengusaha lokal tertinggal.
Bahlil menekankan bahwa reformasi di sektor ini sangat diperlukan untuk menciptakan keseimbangan antara investor besar dan pengusaha lokal.
Bahlil juga memberikan perhatian khusus pada dampak negatif dari hilirisasi nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, yang berdampak buruk pada kesehatan dan lingkungan masyarakat setempat.
Baca Juga: Review Xiaomi MI TV 4A 32 Inch, Hiburan Premium Harga Cuma 1 Jutaan dengan Spesifikasi Gahar
Ia menyebut bahwa kasus penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di wilayah tersebut mencapai 54%, yang sangat mengkhawatirkan.
Selain itu, kualitas air di sekitar kawasan industri juga memburuk akibat aktivitas tambang.
"Kesehatan warga di daerah Morowali terdampak serius akibat aktivitas hilirisasi nikel. ISPA sudah mencapai 54 persen, dan kualitas air di sekitar industri semakin buruk," terangnya.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun hilirisasi nikel membawa manfaat ekonomi, dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat harus segera diatasi.
Meski melontarkan kritik, Bahlil juga memberikan sejumlah rekomendasi untuk perbaikan kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia.
Salah satu rekomendasinya adalah reformasi kebijakan yang memperkuat kemitraan antara investor besar dan pengusaha daerah.
Ia menekankan pentingnya pembagian pendapatan negara yang lebih adil, dengan 30 hingga 45 persen penerimaan negara dari hilirisasi harus disalurkan ke daerah-daerah penghasil nikel.
Selain itu, Bahlil menyoroti pentingnya pembagian Dana Bagi Hasil (DBH) yang adil antara pendapatan dan dampak lingkungan.
Baca Juga: Video Abidzar yang Perlihatkan Alat Kelaminnya Bocor Bikin Geger dan Trending di Akun Media Sosial X
Ia mencontohkan perbedaan antara DBH dari sektor migas dengan hilirisasi nikel, di mana migas cenderung tidak banyak melibatkan masyarakat secara langsung, sementara hilirisasi nikel memiliki dampak lingkungan dan sosial yang jauh lebih besar.