Meski jumlah tersebut tampak lumayan di atas kertas, nyatanya tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari.
"Bayangkan, gaji kami ini sama seperti uang jajan Rafathar tiga hari," keluh Rangga, perwakilan asosiasi hakim, dengan nada setengah bercanda namun sarat kekecewaan.
Tidak hanya soal gaya hidup, tanggung jawab seorang hakim yang berat seharusnya dihargai lebih tinggi.
“Rp 12 juta itu tidak setara dengan beban yang harus kami pikul. Bagaimana bisa kita fokus bekerja kalau kita sendiri harus memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan keluarga?” lanjutnya.
Prabowo tampaknya memahami betul keluhan ini. Bagi Prabowo, memperbaiki kualitas hidup para hakim bukan hanya soal memberikan mereka gaji yang layak, tetapi juga memastikan mereka tetap berada di jalur yang benar tanpa godaan korupsi.
Dalam audiensi tersebut, ia menekankan bahwa perbaikan remunerasi akan menjadi salah satu prioritasnya sebagai presiden.
Ia pun menegaskan, upaya memperbaiki penghasilan para hakim ini bukan sekadar wacana politik, tetapi sebuah langkah konkrit yang akan diwujudkan dalam masa pemerintahannya.
Menurut Prabowo, dengan meningkatkan remunerasi, negara bisa mencegah terjadinya penyimpangan di lembaga peradilan yang sering kali menjadi celah bagi korupsi.
Sederhananya, keluhan para hakim ini membuat kita berpikir, bagaimana jika Rafathar sendiri menjadi hakim di masa depan?
Baca Juga: Gila-gilaan! iPhone 14 Turun Harga di Oktober 2024 Mulai Rp 6 Jutaan, Jangan Sampai Kehabisan!
Dengan gaji seperti saat ini, mungkin saja Rafathar akan lebih memilih tetap menjadi selebgram dengan penghasilan jauh lebih tinggi daripada menjadi penegak hukum.
Tentu saja, ini hanya sebuah ilustrasi nakal, tapi itulah realita yang dihadapi oleh para hakim saat ini.***