Tapi inilah yang lebih mengganggu: saat massa masuk ke dalam ruangan dan mulai merusak segala sesuatunya, aparat kepolisian di lokasi seolah tidak melakukan apa pun.
Di mana mereka saat demokrasi diobrak-abrik di depan mata?
Din Syamsuddin, salah satu tokoh yang menjadi pembicara, dengan tegas mengecam tindakan brutal tersebut.
Menurutnya, apa yang terjadi di Hotel Grand Kemang adalah cermin nyata dari kondisi demokrasi Indonesia yang semakin buruk di bawah rezim saat ini.
“Peristiwa brutal tersebut merupakan refleksi dari kejahatan demokrasi yang dilakukan rezim penguasa terakhir ini,” ujar mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah tersebut.
Tentu saja, sulit untuk tidak sependapat dengan Din. Bagaimana bisa acara diskusi damai yang membahas isu-isu kebangsaan malah berujung kekerasan tanpa adanya tindakan tegas dari aparat?
Apakah ini demokrasi yang kita idamkan? Demokrasi yang bisa diporak-porandakan oleh segelintir orang tanpa rasa takut?
Ketua Forum Tanah Air, Tata Kesantra, yang datang jauh-jauh dari New York untuk menghadiri acara ini, tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
Dalam pernyataannya, Tata menegaskan bahwa kejadian tersebut sangat memalukan, terlebih karena disaksikan oleh diaspora Indonesia di 22 negara.
“Kejadian itu sangat memalukan, apalagi disaksikan lewat streaming YouTube oleh para diaspora Indonesia di 22 negara,” tegas Tata.
Baca Juga: Jelang Lengser, Jokowi Terima Brevet Hiu Kencana, Penghormatan atau Gimmick Politik?
Bayangkan, di saat dunia melihat Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, kejadian seperti ini justru memperlihatkan kebobrokan yang terjadi di dalam negeri.
Sudah saatnya kita bertanya: apakah demokrasi Indonesia sedang baik-baik saja?