HUKAMANEWS - Dalam sebuah insiden yang mengejutkan, diskusi publik yang diadakan oleh Forum Tanah Air (FTA) di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 28 September, berakhir dibubarkan secara brutal.
Bukan karena debat panas atau argumentasi cerdas yang memicu kegemparan, melainkan karena sekelompok orang tak dikenal memaksa membubarkan acara tersebut secara anarkis.
Mirisnya, tindakan brutal ini terjadi di hadapan publik, disaksikan secara langsung oleh diaspora Indonesia di 22 negara melalui live streaming YouTube.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Splitter Type C Terbaik, Gaya Hidup Modern dengan Aksesori Serbaguna
Kejadian ini tidak hanya mencoreng nama baik acara, tetapi juga memperlihatkan wajah kelam demokrasi Indonesia. Jadi, apakah demokrasi kita sudah terjun bebas ke selokan?
Acara diskusi yang seharusnya menjadi forum dialog antara diaspora Indonesia dan sejumlah tokoh serta aktivis ini diwarnai oleh kekerasan yang tak diduga-duga.
Para pelaku perusuh dilaporkan merusak panggung, merobek backdrop, hingga mematahkan tiang mikrofon.
Baca Juga: Benarkah Rumor yang Beredar Karier Agnez Mo Stuck Gara-gara Tolak Party Rapper P Diddy?
Lebih mengerikan lagi, mereka mengancam para peserta yang baru saja tiba di lokasi.
Tidak hanya itu, para pelaku tampak begitu santai seolah-olah aparat penegak hukum yang hadir di tempat tidak berfungsi sama sekali.
Pertanyaannya, di mana keberanian aparat dalam menghadapi aksi brutal ini?
Acara ini sebenarnya menghadirkan sejumlah narasumber penting seperti Din Syamsuddin, Refly Harun, Marwan Batubara, Said Didu, Rizal Fadhilah, dan Sunarko, serta Ketua FTA Tata Kesantra dan Sekjen Ida N. Kusdianti.
Namun, orasi yang dilakukan oleh sekelompok massa dari Indonesia Timur di luar hotel sejak pagi hari, menjadi titik awal kericuhan.
Mereka dengan lantang membela kebijakan Presiden Joko Widodo dan mengkritik keras para pembicara di acara tersebut.