HUKAMANEWS - Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, baru-baru ini menyatakan bahwa keputusan apakah PDIP akan bergabung dengan kabinet Prabowo Subianto ada di tangan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Namun, jika diperhatikan secara lebih dalam, ada banyak dinamika yang membuat topik ini sangat menarik.
Mengapa PDIP, yang notabene adalah partai penguasa selama dua periode terakhir, harus mempertimbangkan bergabung dengan pemerintahan yang berbeda warna politiknya?
Dalam pernyataannya, Hasto dengan tegas menyebutkan bahwa keputusan ini bukan semata tentang posisi politik atau kekuasaan, melainkan soal prinsip ideologis.
Baca Juga: OnePlus 13 Segera Hadir dengan Snapdragon 8 Gen 4, Apa yang Bisa Kita Harapkan?
PDIP, katanya, akan terus mendengarkan kehendak akar rumput dan mengacu pada prinsip-prinsip ideologis yang sudah lama dipegang partai.
Tapi jujur saja, apakah ini murni soal ideologi atau lebih kepada strategi politik yang cerdik?
Saat Hasto mengatakan bahwa PDIP ingin kabinet yang diisi oleh profesional, itu bisa diartikan sebagai sinyal bahwa PDIP tidak akan sembarangan dalam menentukan langkah mereka.
Mereka ingin memastikan bahwa pemerintahan Prabowo nantinya bisa menjaga kepentingan rakyat dan negara, terutama dalam hal-hal yang fundamental seperti kedaulatan pangan dan energi.
Salah satu poin yang juga menarik adalah wacana pertemuan antara Megawati dan presiden terpilih Prabowo.
Namun, Hasto menjelaskan bahwa Megawati saat ini masih berada di Rusia dan akan melanjutkan perjalanan ke Uzbekistan sebelum ada rencana untuk bertemu Prabowo.
Pertanyaannya, apakah pertemuan ini sekadar formalitas atau akan benar-benar menghasilkan kesepakatan politik penting?
PDIP menekankan bahwa yang terpenting bagi mereka adalah pesan-pesan ideologis terhadap jalannya pemerintahan ke depan.