Sektor pertambangan dan kelistrikan, seperti PLN, serta pernerbangan dengan Garuda Indonesia di garis depan, menjadi fokus utama pengaruh dari kenaikan harga minyak.
Mengingat Indonesia adalah negara yang sangat bergantung pada impor minyak mentah, kenaikan harga minyak secara global berpotensi menimbulkan tekanan pada biaya operasional dan bahkan bisa mengganggu stabilitas keuangan perusahaan-perusahaan ini.
Dampak Makroekonomi
Selain itu, Josua Pardede, seorang ekonom, memperingatkan bahwa konflik berkepanjangan bisa menyebabkan gangguan tidak hanya pada produksi minyak tetapi juga pada jalur distribusi.
Baca Juga: Naik Hingga 30 Persen, Pengunjung Jalur Puncak Bogor Mencapai 1,16 juta Selama Libur Lebaran 2024
Ini akan memicu lonjakan harga yang lebih tinggi.
Saat ini, harga minyak mentah Brent telah mencapai sekitar 90 dolar AS per barel, dan situasi ini bisa berubah menjadi lebih buruk jika konflik terus berlanjut.
Implikasi untuk Indonesia
Sebagai negara pengimpor, Indonesia harus mempersiapkan strategi untuk mengurangi dampak dari fluktuasi harga minyak.
Ini termasuk diversifikasi sumber energi, meningkatkan efisiensi energi, dan memperkuat kerja sama regional dalam pengadaan minyak.
Baca Juga: Dompet Menipis Usai Mudik Lebaran, Waspadai Pinjol Ilegal yang Menebar Rayuan!
Dampak langsung terhadap BUMN menuntut langkah cepat dan tepat dalam menyesuaikan kebijakan dan strategi bisnis yang ada.
Inisiatif Erick Thohir meminta BUMN melakukan stress test adalah langkah awal dalam serangkaian strategi adaptasi yang harus dilakukan.
Kesiapan menghadapi situasi penuh tekanan akan menjadi kunci dalam menjaga kestabilan operasional serta keuangan BUMN Indonesia.