HUKAMANEWS - Jakarta, ibukota Indonesia, kembali mencatatkan namanya dalam daftar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Pada Minggu pagi ini, data dari IQAir menempatkan Jakarta di urutan ke-10 global dengan indeks kualitas udara (AQI) mencapai 155, yang berarti kondisi udara tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Polusi PM2.5 yang menjadi penyumbang utama, mencapai nilai konsentrasi 62,8 mikrogram per meter kubik, jauh melampaui batas yang dianggap aman.
Angka ini bukan hanya sekedar statistik, melainkan sebuah peringatan keras tentang risiko kesehatan yang nyata bagi penduduknya.
Kualitas udara yang buruk bukan hanya memengaruhi kesehatan manusia, namun juga hewan, tumbuhan, dan estetika kota.
Sementara itu, kota-kota seperti Kolkata, Dhaka, dan Delhi menduduki posisi teratas dalam daftar ini, memperlihatkan bahwa permasalahan udara buruk adalah isu global yang memerlukan penanganan serius.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, di bawah arahan Penjabat Gubernur Heru Budi Hartono, telah mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini.
Pemasangan "water mist generator" merupakan salah satu strategi yang diterapkan, bahkan saat musim hujan, untuk mengurangi polusi udara.
Inisiatif ini bertujuan untuk menambah kelembapan udara dan menurunkan kadar polutan dengan menyemprotkan kabut air ke udara.
Hingga pertengahan November 2023, sudah terdapat 177 unit "water mist generator" yang terpasang di 143 gedung pemerintah maupun swasta di Jakarta.
Namun, strategi ini hanya sebagian dari solusi yang lebih besar.
Satuan Tugas Pengendalian Pencemaran Udara (Satgas PPU) DKI Jakarta, dengan Juru Bicara Ani Ruspitawati, menyebutkan bahwa SOP penanganan pencemaran udara terus dikembangkan, termasuk mengendalikan polusi dari industri dan kegiatan lainnya.