HUKAMA NEWS - Anggota DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth, merujuk pada impian Soekarno tentang pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur, menyatakan langkah tersebut sebagai kelanjutan visi sejarah.
Menurut Kenneth, keputusan pemindahan ibu kota ini tidak hanya mengikuti jejak sejarah, tetapi juga merupakan strategi Presiden Jokowi untuk mewujudkan impian pendiri bangsa.
Selain menyoroti aspek historis, Kenneth juga membahas alasan ekologis dan sosiologis di balik pemindahan ibu kota, memberikan wawasan yang holistik.
Baca Juga: Kontroversi Pernyataan Mahfud MD, Tangisan Novri Susan Minta Ucapan Hina Ibu-ibu Ditarik Kembali
Pemindahan Ibu Kota Negara ke Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur menjadi sorotan utama dalam langkah strategis yang diambil oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Anggota DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth, menjelaskan bahwa keputusan ini bukanlah semata mengikuti arahan masa kini, tetapi juga merupakan upaya mewujudkan impian lama, yang diusung oleh mantan Presiden Republik Indonesia, Soekarno.
Menurut Kenneth, saat ini, langkah tersebut tidak hanya dipandang sebagai sebuah keputusan politik semata, tetapi juga sebagai bagian dari warisan sejarah yang harus dihargai.
Baca Juga: Damai Di Cipinang, Warga RW 01 dan RW 02 Komit Tak Lagi Tawuran di Jalan Bassura
"Ini juga impian dari Bung Karno yang memang ingin memindahkan Ibu Kota ke Kalimantan,” ungkap Kenneth, yang memberikan pengantar penting terhadap konteks sejarah dalam keputusan ini.
Lebih lanjut, Kenneth menegaskan bahwa langkah ini adalah kelanjutan dari visi sejarah yang harus diteruskan oleh generasi sekarang.
"Nah Pak Presiden Jokowi itu meneruskan apa yang menjadi impian Presiden Soekarno,” tambahnya, memberikan kesan bahwa keputusan ini bukan semata urusan politik masa kini, tetapi juga memiliki kedalaman historis yang perlu diperhatikan.
Namun, di balik romantisme sejarah, pemindahan ibu kota juga didorong oleh faktor-faktor pragmatis seperti aspek ekologis dan sosiologis.
Kenneth menjelaskan bahwa penelitian menunjukkan Jakarta semakin terjerembab dan kepadatan penduduk semakin meningkat, memberikan alasan yang kuat untuk mempertimbangkan alternatif baru.
Tidak hanya itu, Kenneth juga merujuk pada aspirasi bahwa Jakarta, setelah kehilangan statusnya sebagai ibu kota negara, akan berkembang menjadi pusat bisnis global yang membanggakan, sebagaimana halnya Sydney, Australia.