HUKAMANEWS - Generasi muda menjadi masa depan Asia, dan bagi seorang miliarder Indonesia bernama Low Tuck Kwong, investasi untuk masa depan bukan sekadar angka di laporan donasi, melainkan pondasi peradaban baru yang harus dibangun melalui pendidikan.
Filantropi di Asia mengalami transformasi besar dalam satu dekade terakhir, dan nama Low menjadi representasi bahwa kontribusi sosial tak lagi sebatas seremoni atau pencitraan, tetapi bentuk keberlanjutan tanggung jawab moral mereka yang telah mendapat banyak dari negeri tempatnya tumbuh.
Forbes Asia kembali menegaskan hal tersebut ketika menempatkan Low sebagai satu-satunya dermawan asal Indonesia dalam daftar 10 dermawan terbesar Asia Pasifik pada edisi terbarunya.
Ia berdiri sejajar dengan pengusaha kelas dunia dari Tiongkok, Australia, hingga Singapura; sebuah pengakuan nyata bahwa tokoh Indonesia kini mengambil peran aktif dalam peta filantropi global.
Baca Juga: Nasib Honorer dan PPPK Masih Menggantung? DPR Tunda Revisi UU ASN, Ada Skema Baru Meritokrasi?
Mengubah Kekayaan Menjadi Jembatan Pendidikan
Pada Maret lalu, Low Tuck Kwong melalui Low Tuck Kwong Foundation mendonasikan S$ 8 juta kepada Nanyang Technological University (NTU).
Dana ini bukan sekadar bantuan pendidikan, melainkan skema jangka panjang:
- Beasiswa mahasiswa S-1 Singapura yang membutuhkan dukungan finansial
- Beasiswa pascasarjana bagi mahasiswa Indonesia berprestasi
Keduanya menjadi dua sisi jembatan yang sama: kolaborasi talenta Asia.
Tak berhenti di situ, Low sebelumnya juga tercatat menyalurkan donasi besar ke Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), hingga hibah paling bersejarah yayasannya pada 2023 senilai S$ 101 juta kepada Lee Kuan Yew School of Public Policy, NUS .
Dana tersebut difungsikan bukan untuk simbol nama gedung, tetapi program kepemimpinan pejabat publik Asia, sebuah investasi yang dampaknya beresonansi langsung ke kebijakan, diplomasi, dan tata kelola di kawasan.
Dengan nilai kekayaan sekitar US$ 25 miliar , sebagian publik mungkin berasumsi bahwa angka donasi tersebut hanyalah “sebagian kecil” dari hartanya.
Namun, konteks jauh lebih penting: ia menempatkan pendidikan sebagai rencana strategis masa depan Asia , bukan sekadar kegiatan CSR yang berumur pendek.
Artikel Terkait
Lebih dari 5 Tambang di Sultra Terancam Sanksi! Kejagung Turun Tangan Bongkar Dugaan Tunggakan Pajak Jumbo
KPK Rilis e-Learning Antikorupsi Nasional, Hampir 6 Juta ASN Wajib Ikut Kelas Digital, Tak Bisa Lagi Alasan 'Gak Paham Aturan'
Menkeu Bongkar! 4 Modus Licik Eksportir Hindari Bea Keluar, Negara Bisa Rugi Triliunan Tanpa Disadari
Wajib Pakai Format Resmi! Link Unduhan Surat Lamaran dan Pernyataan PPPK BGN 2025 Dirilis Panitia Seleksi
Berkas Korupsi Laptop Chromebook Resmi 'Mendarat' di Pengadilan, Nadiem Makarim dan Tiga Rekannya Resmi Segera Disidang