Data BMKG menunjukkan, intensitas hujan ekstrem di kawasan Sumatera Utara meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir, sejalan dengan fenomena perubahan iklim global.
Kondisi ini membuat banjir semakin sulit diprediksi dan memiliki dampak yang lebih luas dibandingkan sebelumnya.
Di media sosial, sejumlah warga mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap lambatnya perbaikan infrastruktur drainase.
Namun, sebagian lainnya menyampaikan apresiasi terhadap cepatnya respon evakuasi dan distribusi logistik darurat dari pemerintah kota.
Baca Juga: KPK Pastikan Pembebasan Ira Puspadewi Dipercepat Usai Keppres Rehabilitasi Terbit
Banjir besar yang menimpa Kota Medan bukan hanya soal curah hujan ekstrem, tetapi juga tentang kesiapan infrastruktur untuk menghadapi perubahan iklim yang semakin nyata.
Status tanggap darurat hingga 11 Desember 2025 menjadi langkah penting untuk memastikan warga terdampak mendapatkan perlindungan maksimal.
Ke depan, persoalan banjir di Medan membutuhkan solusi menyeluruh, mulai dari normalisasi sungai hingga penataan ruang kota yang lebih berkelanjutan, agar bencana serupa tidak terus berulang.***
Artikel Terkait
BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem hingga 13 Agustus, Banjir, Longsor, dan Gelombang Tinggi Mengintai
Seskab Teddy Indra Wijaya dan Kisah Gonggongan Anjing yang Jadi Alarm Penyelamat Saat Banjir Besar Bali
Banjir Bandang Terjang Sukabumi, Ratusan Rumah Terendam dan Jembatan Putus Akibat Luapan Sungai Cisolok
Katulampa Siaga Banjir, Air Ciliwung Meluap, Jakarta dan Depok Bersiap Hadapi Banjir Kiriman
Pemprov Gelar Modifikasi Cuaca Dimulai 5–10 November 2025, Demi Redam Hujan Lebat dan Cegah Banjir, Ini Penjelasan Gubernur Pramono