“Serius nih? Film ini sepenuhnya mengandalkan AI? Bayangin perjuangan para animator yang belajar bertahun-tahun, lalu semua digantikan begitu saja,” tulisnya.
Kritik pedas ini menjadi tamparan bagi industri animasi lokal. Harapan agar film ini bisa menjadi langkah maju justru berbalik menjadi perbincangan negatif di media sosial.
Banyak warganet menilai kegagalan ini bisa menjadi pelajaran penting bagi sineas dalam memproduksi karya berkualitas, alih-alih terburu-buru mengejar tren teknologi.
“Kalau niatnya mau membangkitkan animasi Indonesia, harusnya serius dari segi cerita dan emosi. Penonton kita cerdas, bukan sekadar butuh visual,” komentar salah satu netizen di platform X.
Meski menuai kritik keras, tak sedikit pihak yang menilai *Merah Putih One for All* tetap bisa menjadi refleksi penting.
Dunia animasi Indonesia disebut harus berani berbenah, mulai dari naskah, kualitas teknis, hingga pemilihan sumber daya manusia agar mampu bersaing secara global.
Kegagalan rating 'Merah Putih One for All' menjadi peringatan bahwa teknologi, termasuk AI, tak bisa menggantikan sentuhan emosi manusia dalam seni bercerita.
Para pengamat film menilai, masih ada peluang besar bagi industri animasi lokal jika pembuat film lebih fokus pada riset, pendalaman cerita, serta keterlibatan talenta kreatif asli.
Kini, publik menunggu apakah kritik pedas yang menghujani 'Merah Putih One for All' akan memicu perubahan arah produksi film animasi Indonesia ke depan, atau justru menjadi catatan pahit yang berulang.***
Artikel Terkait
Trio Rigen, Hifdzi, Rispo di Film GJLS, Karya dengan Kejeniusan yang Berhasil Bikin Kekacauan dan Kegoblokan Jadi Estetika
Rilis Film Kartun, Komedi Warkop DKI Ingin Juga Dikenal Oleh Anak - Anak
Gaplok Kiesha di Lokasi Syuting, Pasha Ungu dan Okie Meradang, Ujung-ujungnya Dimas Anggara Minta Maaf
Squid Game Season 3 Siap Tayang Tayang 27 Juni 2025 di Netflix, Jadi Penentu Nasib Seong Gihun
Tayang Hari ini! Squid Game Season 3 Resmi Ditayangkan di Netflix, Kisah Pertarungan Gi-hun Makin Menegangkan