HUKAMANEWS - Partai Demokrat Amerika Serikat resmi menunjuk Ken Martin sebagai Ketua Umum Nasional yang baru.
Dengan semangat perubahan, Martin siap menghadapi Donald Trump dan strategi politik Republik.
Pemilihan ini terjadi di Washington, saat lebih dari 400 anggota Komite Nasional Partai Demokrat (DNC) berkumpul.
Martin berjanji memperkuat infrastruktur partai dan meningkatkan daya saing melawan Trump.
Martin menggantikan Jaime Harrison, yang memilih untuk tidak mencalonkan diri kembali setelah kegagalan Kamala Harris di Pilpres 2024.
Baca Juga: VIRAL! Ngaku Pasien Prioritas! Karyawan PT Timah Ejek Pengguna BPJS, Netizen Auto Geram!
Kemenangan Trump yang mengejutkan membuat Demokrat berbenah dengan kepemimpinan baru.
Martin menegaskan tekadnya untuk menjadikan Demokrat lebih kuat dan responsif terhadap serangan Republik.
"Kami akan datang. Ini adalah Partai Demokrat yang baru. Kami akan menanggalkan sarung tangan," ujar Martin penuh percaya diri.
Ia siap membawa perubahan dengan fokus pada pemilih kelas pekerja dan memperkuat jaringan partai. Strategi baru ini diharapkan dapat menarik lebih banyak suara di Pemilu 2028.
Baca Juga: Gas 3 Kg Langka! Rakyat Menjerit, DPR Malah Cuek atau Nggak Dengar?
Pemilihan Martin menunjukkan pergeseran strategi dalam tubuh Demokrat.
Ia berhasil mengalahkan Ben Wikler, Ketua Partai Demokrat Wisconsin, yang mendapat dukungan dari elit politik partai.
Namun, hubungan erat Martin dengan anggota DNC membantunya meraih kemenangan.
Pengalamannya memimpin Partai Demokrat-Buruh-Petani Minnesota sejak 2011 menjadi faktor penting.
Artikel Terkait
Aktivis Dokter Tifa Berharap Presiden Prabowo Bisa Ikuti Jejak Donald Trump, Keluar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO)
Heboh Wacana Donald Trump Relokasi 2 Juta Warga Gaza ke Indonesia, Begini Respons Tegas Kemlu RI
Keputusan Donald Trump, Resmi Tinggalkan WHO, Apa Dampaknya untuk Dunia dan AS?
Presiden AS Donald Trump Kecam Insiden Tabrakan America Airlines dan Helikopter Blackhawk Semestinya Bisa Dicegah
Masa Sih Rupiah Anjlok Rp 8.170 Per Dolar AS, Ini Error Kayanya, Benarkah Dampak Kebijakan Donald Trump?