Fenomena Kawin Kontrak di Puncak Bogor, Wisatawan Timur Tengah Bayar USD 500 untuk 'Nikah Sementara'!

photo author
- Jumat, 4 Oktober 2024 | 18:00 WIB
Fenomena kawin kontrak di Puncak, Bogor, sorotan media asing! Eksploitasi perempuan miskin dan dampak sosial yang memprihatinkan. (Unplash / HukamaNews.com)
Fenomena kawin kontrak di Puncak, Bogor, sorotan media asing! Eksploitasi perempuan miskin dan dampak sosial yang memprihatinkan. (Unplash / HukamaNews.com)

Namun sejak 1980-an, Indonesia mulai menggantikan Thailand sebagai tujuan utama wisatawan seks dari negara-negara tersebut.

Kritik datang dari segala arah. Pengguna Weibo—media sosial populer di Tiongkok—mengungkapkan keprihatinannya tentang bagaimana fenomena ini tidak hanya melukai martabat perempuan Indonesia, tetapi juga meningkatkan citra negatif Indonesia di mata dunia.

Salah satu pengguna menulis, "Industri gelap pernikahan sementara ini mungkin meningkatkan pariwisata dan ekonomi lokal, itulah mengapa bahkan pemerintah mereka merasa tak berdaya."

Baca Juga: Takut Ketahuan Dunia Iran Sukses Hujani Rudal, Israel Sensor Citra Satelit yang Tunjukkan Setengah Armada F 35 Hancur Total

Di platform yang sama, seorang pengguna lainnya berkomentar, "Ini mengingatkan saya pada gadis-gadis di desa-desa miskin di Tiongkok.

Untuk mengubah nasib mereka, mereka perlu diberdayakan dengan pendidikan dan keterampilan agar dapat mendukung diri mereka sendiri."

Komentar ini cukup mengena, mengingat bahwa penyebab utama kawin kontrak adalah kemiskinan dan kurangnya kesempatan bagi perempuan-perempuan ini untuk memperbaiki hidup mereka.

Baca Juga: Produksi iPhone 16 Dipangkas di Pasaran, Apa Apple Mulai Kehabisan Daya Tarik?

Pertanyaan besar yang muncul di benak publik adalah: Kenapa pemerintah Indonesia seolah menutup mata?

Fenomena kawin kontrak sudah terjadi selama bertahun-tahun, namun seolah-olah tak ada tindakan tegas dari pihak berwenang. Apakah ada kepentingan ekonomi yang lebih besar di balik pembiaran ini?

Pariwisata di Puncak memang meningkat, dan ini menjadi salah satu kontributor pendapatan lokal.

Namun, harga yang harus dibayar adalah kehormatan dan masa depan perempuan-perempuan lokal yang terjebak dalam lingkaran eksploitasi.

Baca Juga: Firasat Marissa Haque Soal Meninggal Dunia Duluan dari Ikang Fawzi, Takut Nggak Bisa Ngurus Rumah!

Ironisnya, praktik ini masih terus berlanjut di bawah payung hukum yang abu-abu, di mana pernikahan sementara dibenarkan dengan dalih mengikuti syariat Islam.

Beberapa pihak berpendapat bahwa satu-satunya solusi untuk mengakhiri fenomena kawin kontrak ini adalah dengan memberdayakan perempuan-perempuan tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Jiebon

Sumber: Berita Satu

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X