Toko Online di Indonesia Kompak Naikkan Biaya Komisi Demi Keuntungan, Gimana Nasib Pedagang?

Namun, karena komisi yang lebih tinggi dan waktu pengiriman yang semakin ketat, pedagang ini memutuskan untuk menutup semua tokonya di platform tersebut.

Ia mengatakan bahwa dirinya sudah "kelelahan" dengan margin yang terus menurun dan biaya modal yang semakin tinggi.

Akhirnya, dia memilih untuk membuka toko Online sendiri ketimbang terus berjualan di platform e-commerce besar.

Cerita serupa juga terjadi di Singapura, di mana seorang penjual pakaian berusia 35 tahun di TikTok Shop mengatakan bahwa meski dia tidak puas dengan kenaikan komisi, dia tetap bertahan di platform.

Baca Juga: Polisi Berhasil Identifikasi Semua Jenazah Mengambang di Kali Bekasi, Fakta Mengejutkan Terungkap!

Alasannya? Mendirikan kanal penjualan sendiri dinilai lebih mahal dan memakan waktu.

"Itu harga yang harus kami bayar kalau mau tetap eksis," katanya pasrah.

Sebenarnya, langkah ini nggak terlalu mengejutkan.

Sejak awal 2010-an, platform seperti Tokopedia, Lazada, dan Shopee saling bersaing dengan memberikan diskon besar-besaran, promosi gila-gilaan, dan tentu saja biaya komisi rendah.

Tujuannya adalah menarik sebanyak mungkin pengguna di pasar yang sangat kompetitif ini.

Baca Juga: Polisi Berhasil Identifikasi Semua Jenazah Mengambang di Kali Bekasi, Fakta Mengejutkan Terungkap!

Namun, setelah pandemi usai, ditambah dengan lingkungan suku bunga yang lebih tinggi, para operator harus mulai berpikir ulang.

Mereka tidak bisa lagi membakar uang hanya untuk menarik pelanggan.

Investor juga semakin menghindari perusahaan teknologi yang merugi.

Maka, pilihan yang tersisa adalah: memangkas pengeluaran dan mengurangi jumlah karyawan untuk meningkatkan laba bersih.