HUKAMANEWS - Aktivitas Matahari tengah menunjukkan lonjakan yang signifikan, bahkan tercatat tiga kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata normal untuk bulan Juli.
Fenomena ini menarik perhatian ilmuwan karena terjadi secara mendadak dan dalam skala global.
Dalam dua hari terakhir, tercatat 17 suar matahari meletup hanya dalam waktu kurang dari 48 jam.
Lonjakan ini terpantau tak hanya di sisi yang menghadap Bumi, tetapi juga di bagian jauh Matahari yang saat ini sedang diamati oleh pesawat ruang angkasa milik Eropa, Solar Orbiter.
Meskipun fenomena ini terlihat dramatis, para peneliti memastikan bahwa sejauh ini tidak ada ancaman langsung terhadap Bumi.
Laboratorium Astronomi Matahari dari Institut Penelitian Luar Angkasa, bagian dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, melaporkan bahwa pertumbuhan aktivitas Matahari kali ini terjadi secara menyeluruh.
Artinya, area aktif muncul di berbagai sisi permukaan Matahari, termasuk wilayah yang tak terjangkau pengamatan langsung dari Bumi.
Menurut laporan resmi, dua dari total 17 suar yang terekam diklasifikasikan sebagai suar kelas M.
Suar kelas M ini termasuk kategori menengah, artinya cukup kuat untuk memengaruhi komunikasi radio dan sistem navigasi jika diarahkan ke Bumi, namun belum masuk dalam kategori paling ekstrem.
Para astronom menyatakan bahwa peningkatan intensitas ini berlangsung sejak 11 hingga 12 Juli 2025, dan jumlah aktivitas yang tercatat tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan rerata bulanan Juli selama ini.
Baca Juga: Gunakan Sabut Kelapa, Siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta Kenalkan Sepatu Anti Bau
Lonjakan ini mengindikasikan bahwa Matahari sedang memasuki fase aktif dalam siklus 11 tahunannya.
Siklus ini biasanya diwarnai oleh peningkatan jumlah bintik matahari dan erupsi plasma seperti suar atau lontaran massa korona.
Peneliti mengamati bahwa sisi jauh Matahari yang kini diamati oleh Solar Orbiter menunjukkan potensi adanya area aktif yang mungkin menghadap ke Bumi dalam beberapa hari ke depan.