HUKAMANEWS - Selama tahun 2024, sebagai kota metropolitan , Semarang tercatat masih memiliki 44 hektar kawasan kumuh dari total seluas 431 hektare pada tahun lalu.
Upaya jelas masih dilakukan Pemerintah Kota Semarang dengan meningkatkan upaya untuk menghapuskan kawasan kumuh. Capaian dan keberhasilan penghapusan kawasan kumuh pada tahun 2023 yang mencatat rekor tertinggi sebesar 192 hektar.
Upaya ini dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, nyaman dan adaptif terhadap kerentanan bencana serta perubahan iklim.
Baca Juga: Realme Neo 7 SE Siap Diluncurkan, Bocoran Spesifikasi dan Fitur Unggulan Bikin Mupeng
“Kami berkomitmen untuk terus mengurangi kawasan kumuh hingga mencapai 0 persen. Di tahun 2024 ini, menyisakan 44 hektar kawasan kumuh dari total seluas 431 hektare,” ungkap Mbak Ita, saat presentasi penilaian nominasi Lomba Hari Habitat Provinsi Jawa Tengah 2025 di hadapan tim juri, Kamis, 9 Januari 2025 di Hotel Khas.
Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan sebagai kota pesisir dengan pertumbuhan dinamis sejumlah upaya dilakukan dengan meningkatkan inovasi pengurangan kawasan kumuh, menghidupkan lahan tidur, serta mempertahankan wilayah bebas kumuh yang telah terselesaikan.
Untuk penanganan kawasan kumuh di wilayah Kelurahan Tugu, Mangkang Wetan dan Mangunharjo telah dilakukan normalisasi Sungai Bringin yang telah selesai dan akan dilanjutkan dengan normalisasi Sungai Plumbon yang saat ini telah selesai proses pembebasan lahan.
Selain itu, dioptimalkan pula upaya pengelolaan sampah, rehabilitasi kawasan mangrove, perbaikan infrastruktur jalan, program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), hingga peningkatan infrastruktur irigasi.
Sebagai langkah adaptasi iklim, juga dilakukan pemanenan air hujan, peresapan air melalui biopori, penanaman sistem hidroponik memanfaatkan air limbah AC dan aquaponik memanfaatkan air limbah lele, penanaman padi biosalin yang menjadikan produktivitas lahan payau lebih tinggi serta upaya lainnya.
Di sisi regulasi, Pemkot Semarang mengesahkan Perda Penyelenggaraan Kawasan Perumahan dan Permukiman sebagai langkah pencegahan dan mitigasi bencana kewilayahan.
Baca Juga: Temuan Kasus Korupsi LNG Ahok Sebut Terjadi Saat Dirinya Belum Jadi Pejabat Komut Pertamina
“Keberhasilan di wilayah Tugu ini adalah hasil kerja keras seluruh pihak, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun mitra lainnya. Kami optimis kawasan kumuh dapat berkurang hingga 0 persen di masa mendatang termasuk melalui kepemimpinan yang baru,” ujar Mbak Ita.
Dengan kolaborasi bersama antara masyarakat, Bank Sampah Mawar Merah, peran Bapak Sururi dengan rehab mangrove hingga dianugerahi Kalpataru, BRIN, kementerian, lembaga, akademisi, serta pengusaha serta perbankan dirinya optimis wilayah kumuh akan terselesaikan dan menjadi lebih indah dan layak huni.
Artikel Terkait
Wapres Gibran Bereaksi Keras! Usai Perusakan Kafe di Solo, Ini Imbauan Penting untuk Warga dan Aparat Demi Keamanan Kota
Debat Pilkada Jakarta, Ridwan Kamil Wacanakan Pindahkan Balai Kota ke Jakarta Utara, Meski Akses Buruk Jadi Tantangan, Apakah Ini Solusi atau Gimmick?
BPBD Kota Sukabumi: Hujan Deras Disertai Angin Kencang, Sukabumi Dilanda Bencana Tanah Longsor di Empat Lokasi
SAH! Pj Gubernur, Teguh Setyabudi Umumkan UMP Jakarta 2025 Naik Jadi Rp 5,3 Juta, Apa Cukup untuk Hidup di Ibu Kota?
Makan Bergizi Gratis di Kota Semarang, Siswa Kecewa Tak Ada Susu dan Porsi Sayur Kurang