Para pengunjung yang membawa kucing peliharaan mereka harus melalui proses pemeriksaan catatan vaksinasi dan asuransi sebelum memasuki area pameran.
Claire, salah satu pengunjung yang mendandani dirinya dan kucingnya, German Rex Tiedan, dengan kostum Mesir yang serasi, mengatakan bahwa pameran ini menunjukkan bahwa "kucing selalu menjadi sahabat manusia."
"Sekarang kaum muda berada di bawah tekanan besar, kucing membantu kita meringankan banyak tekanan mental ... mungkin sama seperti di zaman kuno," kata Claire.
Kucing dianggap suci di Mesir kuno, terutama dikaitkan dengan dewi Bast, dewi kesuburan, kelahiran, dan perlindungan. Feifei, seorang pengunjung lain, mengungkapkan bahwa di dunia modern, kucing adalah simbol kelucuan yang sangat berbeda dari makna kucing di Mesir kuno.
Feifei membawa kucingnya yang bernama Sticky Rice untuk melihat nenek moyang kucing di pameran ini.
Menariknya, banyak kucing yang hadir dalam pameran ini memiliki akun media sosial mereka sendiri.
Beberapa kucing bahkan memiliki tim kecil yang membantu membuat konten untuk akun media sosial mereka.
Fenomena ini menunjukkan betapa besarnya minat masyarakat terhadap kucing, tidak hanya sebagai hewan peliharaan, tetapi juga sebagai bintang di media sosial.
Pameran ini tidak hanya menjadi ajang bagi pecinta kucing untuk berkumpul dan berbagi pengalaman, tetapi juga memberikan wawasan tentang sejarah dan budaya kucing dalam peradaban manusia.
Dengan antusiasme yang tinggi dan keunikan tema yang diusung, pameran ini berhasil menarik perhatian banyak orang dan menjadi topik perbincangan yang menarik di kalangan pecinta kucing.
Pameran ini tidak hanya menampilkan kecintaan terhadap kucing, tetapi juga menggambarkan bagaimana hewan peliharaan ini telah menjadi bagian penting dalam kehidupan modern, terutama di kalangan generasi muda yang mencari cara untuk meringankan stres dan tekanan mental.
Dengan tema yang menarik dan pelaksanaan yang sukses, pameran ini menjadi bukti betapa besar pengaruh kucing dalam budaya dan kehidupan sehari-hari.***