“Setiap hari, kami menemukan kucing dengan luka tembak, lebam, bengkak, dan sebagainya,” ujar Veronica.
Kucing-kucing tersebut kemudian dibawa ke shelter untuk mendapatkan perawatan medis. Beberapa di antaranya masih bisa diselamatkan, tetapi ada juga yang tidak tertolong.
Veronica menegaskan bahwa mereka memiliki dokumentasi tentang kasus-kasus tersebut.
Baca Juga: Prabowo Subianto Hadiri Pembukaan Olimpiade Paris 2024, Kasih Semangat Kontingen RI di Tengah Hujan!
Rata-rata setiap bulan, Rumah Kucing Semarang menemukan sekitar 8-15 kucing dengan luka-luka yang diduga akibat penyiksaan.
Veronica mengkhawatirkan populasi kucing liar di beberapa lokasi pemberian pakan yang semakin berkurang, mungkin akibat tindakan kekerasan.
Veronica juga menceritakan kondisi di Jalan Syuhada (Tlogosari), di mana populasi kucing yang biasanya banyak kini tinggal satu ekor dengan kondisi lumpuh.
Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kucing-kucing yang hilang kemungkinan besar telah menjadi korban kekerasan.
“Di lokasi tersebut, saya sering memberikan pakan. Namun, kini saya hanya menemukan satu kucing yang selamat dengan kondisi sangat buruk. Kucing yang lainnya sudah tidak ada,” jelas Veronica sambil menunjukkan foto kondisi kucing tersebut.
Oleh karena itu, Veronica berharap adanya regulasi yang lebih tegas untuk melindungi binatang, terutama kucing dan anjing, dari tindak kekerasan.
Ia mengusulkan agar pemerintah daerah Kota Semarang membuat perda khusus yang mengatur perlindungan terhadap hewan serta memberikan sanksi tegas bagi pelaku kekerasan terhadap hewan.
Sebelumnya, seorang pria berinisial IP (35) ditangkap oleh kepolisian di Kota Semarang karena menembak kucing milik tetangganya menggunakan pistol replika jenis airsoft gun hingga mati pada Senin, 15 Juli.
Pelaku mengaku kesal karena kucing tersebut sering membuang kotoran di area rumahnya dan pernah menerkam burung merpati peliharaannya.