HUKAMANEWS - Mungkin banyak dari kita yang bertanya-tanya, apakah kucing yang menggeliat manja di sofa rumah kita memiliki garis keturunan dari kucing liar?
Kucing rumahan, atau yang akrab kita sebut sebagai kucing kampung, ternyata memiliki sejarah domestikasi yang panjang dan menarik, mulai dari zaman Mesir Kuno hingga menjadi bagian dari keluarga di berbagai belahan dunia.
Erwin Willianto, pakar dari Save Indonesian Nature & Threatened Species (SINTAS) Indonesia dan anggota Fishing Cat Working Group, mengungkapkan bahwa kucing rumahan yang kita kenal dan cintai merupakan kucing domestik dengan nama ilmiah Felis catus atau Felis domesticus.
Baca Juga: Bawaslu Pertanyakan Penghilangan Diagram Sirekap oleh KPU RI dalam Real Count Pemilu 2024
Berbeda dengan saudara-saudaranya yang masih menjalani hidup liar di alam, seperti kucing batu, kucing merah, hingga kucing bakau, kucing rumahan memiliki karakteristik yang beradaptasi dengan kehidupan manusia.
Kucing domestik yang seringkali kita temui sedang berjemur atau bermain di sekitar rumah, memiliki asal-usul yang menarik.
Studi yang dipublikasikan di Nature oleh Claudio Ottoni, Wim Van Neer, dan kolega pada 19 Juni 2017, mengungkapkan bahwa domestikasi kucing dimulai pada periode Neotik di Near East, termasuk wilayah Mesir.
Analisis DNA kuno dari kerangka kucing yang ditemukan oleh arkeolog menunjukkan bahwa jenis kucing liar Afrika, Felis silvestris lybica, adalah nenek moyang dari kucing domestik yang kita kenal sekarang.
Sejarah mencatat bahwa kucing memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, terutama sebagai pemangsa tikus yang mengganggu.
Di Mesir Kuno, kucing dianggap sebagai simbol keberuntungan dan pelindung dari ular serta tikus.
Baca Juga: Pilkada 2024:, Kemendagri Dorong Daerah untuk Persiapan Matang demi Pemilihan yang Lebih Baik
Bahkan, hubungan awal antara kucing dan manusia diduga terjalin sejak sekitar 9.500 tahun lalu, ketika petani di Timur Tengah mulai berdampingan dengan kucing untuk melindungi hasil panen mereka dari hama.
Kucing domestik tidak hanya berperan penting dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai pemburu tikus.
Di zaman Kekaisaran Romawi, mereka bahkan dianggap suci dan dibiarkan berkeliaran di tempat ibadah.