Ketua Umum IGC menyampaikan bahwa kegiatan ini diusung untuk memperkenalkan sejarah dan perkembangan masakan Indonesia dari masa ke masa, yang menghubungkan masakan Indonesia pada masa lampau, saat ini dan di masa depan.
Jamuan menggunakan bahan utama seperti ikan beong dan daging kerbau dengan bawang merah dan jahe sebagai sajian utama.
Sebagian besar tamu undangan yang merupakan diplomat asing di Jakarta kagum dengan hidangan yang disajikan.
Acara ini menggandeng Chef Sumartoyo untuk merekonstruksi sajian yang terpahat di relief Candi Borobudur.
Upaya rekonstruksi ini sudah berjalan sejak 2017 oleh tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah.
Baca Juga: Kembali Terjerat Kasus Narkoba, Motif Ammar Zoni Untuk Pelarian dari Permasalahan Rumah Tangga
Pada akhirnya disimpulkan bahwa makanan yang diangkat dalam perjamuan ini adalah yang dipergunakan pada jamuan upacara penetapan Shima yang menghabiskan 57 karung beras, menyembelih 6 kerbau, dan 100 ekor ayam.
Perjamuan ini menghidangkan berbagai macam makanan seperti Klaka Wagalan (ikan bumbu kuning), Rumwahrumwah (sayur campur).
Hidangan utama seperti Rumbah Hadangan Prana (daging cacah kerbau) atau Dudutan (sayur diuap) dengan Sekul Dinyun (nasi dikukus), dan Harang-harang Kyasan (sidat bakar manis) dengan Kwelan Haryyas (sayur batang pisang).
Baca Juga: Ammar Zoni Kembali Terjerat Kasus Narkoba dengan Ancaman 4 Tahun Penjara dan Denda Rp1 milyar
Beserta hidangan penutup Dwadal (dodol rasa nangka dan salah).
Kegiatan gastrodiplomacy tersebut juga menghadirkan berbagai jenis minuman tradisional Indonesia seperti Kinca (fermentasi asam Jawa) dan Legen (air nira dari pohon siwalan).
Alunan gamelan Jawa dan tampilan para pelayan yang mengenakan pakaian khas Jawa kuno, semakin memperkuat rasa dan pengalaman para tamu menikmati suasana santap malam ala kerajaan Mataram kuno pada masanya.
Hal yang mana memberi kesan mendalam kepada semua undangan khusus yang menikmatinya.***