HUKAMANEWS - Ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali memanas setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memutuskan melakukan serangan udara ke tiga situs nuklir Iran.
Langkah yang disebut-sebut sebagai tindakan militer terbesar sejak Revolusi Iran 1979 ini memicu kekhawatiran akan pecahnya konflik besar yang melibatkan lebih banyak negara.
Di saat bersamaan, Iran disebut-sebut sedang mengkaji opsi balasan yang bisa menggoyang perekonomian dunia, yakni dengan menutup Selat Hormuz.
Langkah ini bukan hanya menjadi kartu as politik Iran, tetapi juga menjadi momok besar bagi pasokan energi dunia, mengingat pentingnya selat ini dalam arus perdagangan minyak internasional.
Selat Hormuz selama ini menjadi jalur utama distribusi minyak dunia, dan setiap gangguan di kawasan ini bisa berdampak langsung terhadap harga minyak dan inflasi global.
Langkah Iran menuai perhatian dunia, termasuk negara-negara Asia yang sangat bergantung pada minyak dari kawasan Teluk.
Apa Itu Selat Hormuz dan Mengapa Penting?
Selat Hormuz merupakan jalur pelayaran strategis yang terletak antara Oman dan Iran.
Selat ini menghubungkan Teluk Persia di utara dengan Teluk Oman dan Laut Arab di selatan, menjadikannya satu-satunya akses laut dari negara-negara penghasil minyak di Teluk menuju pasar dunia.
Dengan lebar hanya 33 kilometer di titik tersempitnya, dan jalur pelayaran yang efektif hanya 3 kilometer, selat ini menjadi salah satu choke point minyak paling vital di dunia.
Data dari Vortexa, sebuah perusahaan analitik energi, menyebutkan bahwa antara tahun 2022 hingga pertengahan 2025, sekitar 17,8 hingga 20,8 juta barel minyak mentah dan produk turunannya melewati selat ini setiap hari.
Negara-negara anggota OPEC seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, dan Iran sendiri mengandalkan jalur ini untuk mengekspor minyak ke berbagai negara, terutama kawasan Asia.
Dampak Penutupan Selat Hormuz bagi Dunia
Jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz, dampaknya akan sangat signifikan.