State Farm General, salah satu perusahaan asuransi rumah terbesar di California, mengumumkan pada Maret 2024 bahwa mereka tidak akan memperbarui polis asuransi untuk 30.000 pemilik rumah.
Perusahaan asuransi seperti Chubb, anak perusahaannya, dan Allstate juga menghentikan penerbitan polis baru untuk rumah bernilai tinggi di daerah berisiko tinggi.
Akibatnya, banyak korban kebakaran hutan yang tidak memiliki perlindungan untuk kerugian mereka karena perusahaan asuransi gagal memperbarui polis sebelum bencana terjadi.
Baca Juga: KPK Usut Dugaan Korupsi Dana CSR, Petinggi BI hingga Politikus DPR Bisa Jadi Tersangka!
State Farm General melaporkan bahwa pada 10 Januari, mereka mulai memproses sekitar 4.400 klaim asuransi rumah dan kendaraan dan telah mengganti kerugian sebesar jutaan dolar kepada pelanggan mereka.
Kerusakan properti yang luas akibat kebakaran hutan, ditambah dengan harga properti yang tinggi di California dan lingkungan asuransi yang tidak menentu, membuat penduduk sulit mengakses asuransi di masa depan.
Sementara jumlah kerugian finansial akibat kebakaran hutan di kawasan LA masih dalam perhitungan, para ahli menyarankan bahwa bencana ini bisa menjadi yang termahal dalam sejarah AS, berpotensi mencapai miliaran dolar.
Kerusakan terus meningkat karena kebakaran belum sepenuhnya dapat dipadamkan.
AccuWeather telah merevisi perkiraan awalnya mengenai total kerugian menjadi 150 miliar dolar AS, meningkat dari perkiraan sebelumnya yang lebih dari 57 miliar dolar AS (sekitar Rp927,3 triliun) pada pekan lalu.
Baca Juga: Pak Presiden Prabowo, Grobogan Mulai Panen Raya Jagung, Siap Swasembada Pangan
Jonathan Porter, wakil presiden senior AccuWeather, menyatakan bahwa total kerusakan dan kerugian ekonomi bisa mencakup hampir 4 persen dari produk domestik bruto tahunan California.
Perkiraan tersebut mencakup penilaian menyeluruh tentang kerusakan, termasuk penghancuran rumah, infrastruktur, layanan, biaya evakuasi, biaya pembangunan kembali dan relokasi, pembersihan, pemulihan, kebutuhan tempat penampungan darurat, dan biaya medis.
Analisis JPMorgan memperkirakan bahwa kerugian yang diasuransikan akibat kebakaran hutan bisa melebihi 20 miliar dolar AS (sekitar Rp325,38 triliun), dengan total kerugian yang diperkirakan akan terus meningkat selama kebakaran masih berlangsung.
Perusahaan pemeringkat kredit Morningstar DBRS memperkirakan bahwa kerugian yang diasuransikan dapat melebihi 8 miliar dolar AS (sekitar Rp130,15 triliun), tergantung pada jumlah akhir properti yang terdampak.
Presiden Joe Biden mengumumkan pekan lalu bahwa pemerintah federal akan menanggung biaya selama enam bulan, dengan menggerakkan semua sumber daya yang tersedia untuk memerangi kebakaran hutan.