sosok

Profil KH Zulfa Mustofa, Perjalanan dan Perannya Menjaga NU Hingga Dipilih Jadi Pj Ketum PBNU

Rabu, 10 Desember 2025 | 09:53 WIB
KH Zulfa Mustofa menjabat sebagai Pj Ketum PBNU.un, bukan sekadar berbicara. (HukamaNews.com / NU)

Pada tahun 2000, ia mendirikan Majelis Darul Musthofa, bukan sekadar lembaga pengajian, tetapi ruang aman bagi masyarakat perkotaan untuk belajar agama secara ringan, akurat, dan tidak menghakimi.

Bagi generasi muda yang mencari rujukan keagamaan di tengah banjir informasi digital, kehadiran majelis ini menjadi jawaban sekaligus pagar.

Lebih dari Sekadar Gelar Pj Ketum, Sosok yang Menjaga NU dari Akar hingga Pucuk

Ketika berbicara di forum warga NU, suaranya penuh keyakinan namun tetap merangkul.
Salah satu yang paling diingat masyarakat adalah pesannya bahwa NU berdiri di atas dua fondasi: agama dan kebangsaan.

Narasi itu bukan sekadar slogan; bagi jamaah, itu adalah penutup keraguan bahwa kecintaan kepada tanah air adalah bagian dari ibadah, bukan ancaman identitas.

Baca Juga: Nasib Honorer dan PPPK Masih Menggantung? DPR Tunda Revisi UU ASN, Ada Skema Baru Meritokrasi?

Dalam beberapa ceramah, ia sering mengingatkan bahwa radikalisme kadang lahir bukan dari ajaran, tetapi dari kehilangan ruang dialog.

“Sesama Muslim tidak boleh saling mengkafirkan,” adalah pesan yang terdengar sederhana, namun menjadi krusial di era kala opini tersebar lebih cepat dari argumen.

Di sinilah banyak pengamat melihat relevansi profil KH Zulfa Mustofa bagi masa depan NU yang semakin bergerak di ruang digital.

Keteguhannya menjaga prinsip, rekam jejak pengabdian di akar rumput, serta kemampuannya membingkai Islam yang ramah, ilmiah, dan inklusif, menjadi modal sosial yang sulit diabaikan.

Arah PBNU di Tangan Pendakwah Lapangan

Penetapan KH Zulfa Mustofa sebagai Pj Ketum PBNU membawa ekspektasi baru dari berbagai lapisan umat.

Baca Juga: Semua Perang yang Terjadi Perang Para Bankir, Termasuk yang Dikendalikan Rothschild Lewat Israel untuk Kuasai Iran

Kalangan muda NU yang aktif di media sosial menantikan pendekatan yang lebih komunikatif dan relevan dengan generasi digital.

Sementara para kiai sepuh berharap nilai-nilai klasik pesantren tetap menjadi fondasi bukan sekadar simbol.

Halaman:

Tags

Terkini