Hukamanews.com - Pencegahan penyebaran kasus demam berdarah yang terjadi di kota Semarang, benar – benar sangat tergantung kepada tingkat kesadaran masyarakat. Tidak bisa hanya bergantung dari kebijakan pemerintah.
“Tidak pernah ada yang namanya fogging di lingkungan tempat tinggal kami untuk membasmi nyamuk demam berdarah,” kata Nugraheni warga Pedurungan Semarang, saat ditanya awal mula buah hatinya terkena wabah demam berdarah.
Ia mengaku juga bingung darimana bisa terkena demam berdarah, apakah dari sekolah atau lingkungan tempat tinggalnya. Sejauh yang ia tahu, kebersihan lingkungan tempat tinggalnya, selalu diupayakan tetap terjaga bersih.
Baca Juga: Penggemar ice cream merek Haagen Dazs di Kota Semarang, Gigit Jari
Hal ini juga yang terjadi di lingkungan pemukiman di wilayah Kalibanteng Kidul Semarang Barat. Tindakan fogging juga sudah lama tidak dilakukan pemerintah dikawasan ini. Namun sebagai gantinya, masyarakat diajak untuk berperan aktif dalam melakukan pencegahan penyebaran demam berdarah dengan gerakan pemeriksaan sarang nyamuk.
“Setiap hari Jumat, kami rutin menggelar kegiatan pemeriksaan sarang nyamuk. Satu per satu kami masuk kedalam rumah – rumah warga untuk memeriksa kondisi lingkungan warga. Dengan membawa lampu senter, kami memeriksa kondisi air, terutama di bak – bak penampungan, atau di kamar mandi, untuk memeriksa keberadaan jentik – jentik nyamuk,” kata Isti, pengurus RT setempat, kepada Elisabeth Widowati, jurnalis Hukamanews.com di Semarang.
“Memang hasilnya tidak selalu bisa menjadi patokan. Karena ada yang tempat tinggalnya sudah bersih, tetapi juga masih ada yang kotor. Kami terus mengingatkan.”
Baca Juga: Kemangi hingga Mint, Tanaman Herbal Pengusir Nyamuk
Kasus demam berdarah di Kota Semarang tahun 2022 terbilang cukup tinggi dengan angka Incidence Rate (IR) sebesar 32,09. Dengan angka yang sudah diatas 20 tersebut, sudah semestinya masyarakat harus hati – hati.
Seperti dikatakan oleh Pelaksana Harian Dinas Kesehatan Kota Semarang, Widoyono, kasus demam berdarah (DB) sampai dengan minggu ke -28 per 15 Juli 2022, tercatat sudah ada 536 kasus penderita DB dan sebanyak 23 kasus diantaranya meninggal dunia.
“Kasus DB meningkat disaat kemarau, namun masih turun hujan, sehinga memungkinkan terjadi perkembangan jentik nyamuk di sumber DB. Kemungkinan masih ada genangan, ada jentik nyamuk DB,” jelas Widoyono, sebelumnya.
Artikel Terkait
Waspada, Demam Berdarah sedang Mewabah di Kota Semarang
Jam-jam Rawan Nyamuk Aedes Aegypti Menyerang