Hukamanews.com – Kaharoedin Datuk Rangkayo Basa adalah gubernur pertama di Sumatera Barat yang menjabat pada periode 1958-1965. Hingga akhir hayatnya, purnawirawan polisi ini tetap tegung dengan pendirian untuk tetap hidup sederhana, jujur, dan memerangi prilaku korupsi dalam segala bentuknya.
Tak hanya menolak gratifikasi dan hadiah baik berupa uang ataupun rumah, Kaharoeddin bahkan juga menolak naik haji dibiayai Kapolri.
Kiprah Kaharoedin Datuk Rangkayo Basa di kepolisian sudah dimulai sejak menjabat Asisten Demang dan Kepala Kepolisian lokal sebelum masa kemerdekaan di tahun 1926. Jasanya yang tidak bisa diabaikan adalah keteguhan dan keberaniannya ketika menghadapi tekanan dari PRRI Sumatera Barat yang memberontak ke NKRI.
Disadur oleh Merdeka.com edisi 11 September 2012, tentang kejadian ketika menerima kotak roti berisi uang. Kaharoedin ditemui oleh rekanan pemerintah provinsi yang datang mengunjungi kantor Kaharoedin. Dengan sengaja, pengusaha tadi meninggalkan sebuah kotak roti. Ternyata setelah diperiksa oleh Kaharoedin, isinya uang.
Baca Juga: Momen Haru Saat Presiden Ukraina Terima Kunjungan Jokowi
Beliau pun spontan langsung memanggil ajudannya, lalu diucapkan, “Kembalikan uang ini pada pengusaha yang menemui saya tadi. Bilang kalau mau menyumbang bukan sama gubernur, tapi ke jawatan sosial," kata Kaharoeddin tegas.
Kisah ini dikutip dari bukunya berjudul “Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin Datuk Rangkayo Basa, Gubernur di Tengah Pergolakan” yang diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan tahun 1998.
Ketika menikahkan anaknya, beliau dengan tegas menolak menggunakan fasilitas milik gubernuran. Selama hidupnya, anak-anak dan keluarganya pun tidak ada yang boleh naik mobil dinas untuk keperluan pribadi.
Ketika pernikahan anaknya itu pula, Kaharoedin meminta untuk tidak mengundang kalangan pengusaha. Beliau sangat paham celah-celah masuk seperti ini akan menjebak dirinya. Itu berarti tamu undangannya cuma kalangan keluarga, kerabat, dan teman-teman di kepolisian. Walhasil, acara pernikahan itu pun sangat sederhana dengan membatasi tamu untuk menyesuaikan biaya pernikahan.
Baca Juga: Dirgahayu Korps Bhayangkara Polri ke-76! Inilah 10 Link Twibbon Keren untuk dibagikan di Medsos
Sosok Kaharoedin memang dikenal cukup keras dan tidak mengenal sedikitpun kompromi apalagi sikap transaksional. Selama menjabat di Kepolisian, Kaharoedin melarang keras polisi berpakaian dinas nongkrong di kafe ataupun restoran, serta tempat-tempat umum.
Menurut Kaharoeddin, hal ini bisa disalahgunakan atau dimanfaatkan oleh pihak tertentu. Karena itu pula Mariah, istri Kaharoeddin, berkisah dirinya sering mengantarkan makan siang untuk makanan suaminya di kantor.
Walau sudah menjadi istri gubernur, Mariah tetap mencucikan pakaian dan memasak untuk suaminya. Sangat bertolak belakang dengan perilaku kebanyakan polisi di masa sekarang yang tidak malu-malu mendapatkan voucher atau sekedar makan gratis, bahkan di Singapura beserta keluarganya.
Ada pula dikisahkan tentang amanah untuk mengelola uang negara yang dititipkan kepadanya di masa pergolakan politik di Sumatera Barat.