nasional

Low Tuck Kwong, Miliarder Indonesia yang Bikin Forbes Terkejut dengan Donasinya ke Dunia Pendidikan Asia

Rabu, 10 Desember 2025 | 08:00 WIB
Low Tuck Kwong dinobatkan Forbes sebagai salah satu dermawan terbesar Asia. (HukamaNews.com / Forbes)

HUKAMANEWS - Generasi muda menjadi masa depan Asia, dan bagi seorang miliarder Indonesia bernama Low Tuck Kwong, investasi untuk masa depan bukan sekadar angka di laporan donasi, melainkan pondasi peradaban baru yang harus dibangun melalui pendidikan.

Filantropi di Asia mengalami transformasi besar dalam satu dekade terakhir, dan nama Low menjadi representasi bahwa kontribusi sosial tak lagi sebatas seremoni atau pencitraan, tetapi bentuk keberlanjutan tanggung jawab moral mereka yang telah mendapat banyak dari negeri tempatnya tumbuh.

Forbes Asia kembali menegaskan hal tersebut ketika menempatkan Low sebagai satu-satunya dermawan asal Indonesia dalam daftar 10 dermawan terbesar Asia Pasifik pada edisi terbarunya.

Ia berdiri sejajar dengan pengusaha kelas dunia dari Tiongkok, Australia, hingga Singapura; sebuah pengakuan nyata bahwa tokoh Indonesia kini mengambil peran aktif dalam peta filantropi global.

Baca Juga: Nasib Honorer dan PPPK Masih Menggantung? DPR Tunda Revisi UU ASN, Ada Skema Baru Meritokrasi?

Mengubah Kekayaan Menjadi Jembatan Pendidikan

Pada Maret lalu, Low Tuck Kwong melalui Low Tuck Kwong Foundation mendonasikan S$ 8 juta kepada Nanyang Technological University (NTU).

Dana ini bukan sekadar bantuan pendidikan, melainkan skema jangka panjang:

- Beasiswa mahasiswa S-1 Singapura yang membutuhkan dukungan finansial
- Beasiswa pascasarjana bagi mahasiswa Indonesia berprestasi

Keduanya menjadi dua sisi jembatan yang sama: kolaborasi talenta Asia.

Tak berhenti di situ, Low sebelumnya juga tercatat menyalurkan donasi besar ke Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), hingga hibah paling bersejarah yayasannya pada 2023 senilai S$ 101 juta kepada Lee Kuan Yew School of Public Policy, NUS .

Dana tersebut difungsikan bukan untuk simbol nama gedung, tetapi program kepemimpinan pejabat publik Asia, sebuah investasi yang dampaknya beresonansi langsung ke kebijakan, diplomasi, dan tata kelola di kawasan.

Baca Juga: Gus Yahya Tolak Hadiri Pleno Syuriyah PBNU, Menilai Manuver Politik Jelang Peta Besar NU 2027 dan Roadmap 2050

Dengan nilai kekayaan sekitar US$ 25 miliar , sebagian publik mungkin berasumsi bahwa angka donasi tersebut hanyalah “sebagian kecil” dari hartanya.

Namun, konteks jauh lebih penting: ia menempatkan pendidikan sebagai rencana strategis masa depan Asia , bukan sekadar kegiatan CSR yang berumur pendek.

Halaman:

Tags

Terkini