HUKAMANEWS – Fenomena nepo kids atau anak pejabat yang hidup mewah di tengah kesenjangan sosial, kini menjadi pemicu gelombang reformasi politik di Nepal.
Krisis ini bukan sekadar soal gaya hidup glamor segelintir elite, melainkan akumulasi kemarahan rakyat terhadap ketidakadilan yang berlangsung puluhan tahun.
Istilah nepo kids awalnya populer di India untuk menyindir anak selebritas yang mudah masuk industri film.
Namun, di Nepal maknanya bergeser jauh lebih politis: anak pejabat yang menikmati kemewahan karena warisan kuasa orang tuanya.
Baca Juga: Shigeru Ishiba Terpojok, Koalisi Kalah Pemilu, Tekanan Mundur dari Kursi PM Jepang Kian Keras
Istilah ini kini melekat kuat pada simbol perlawanan rakyat Nepal.
Kemunculan fenomena ini telah mengguncang stabilitas politik. Perdana Menteri Nepal, Khadga Prasad Sharma Oli, resmi mengundurkan diri pada Selasa, 9 September 2025, setelah gelombang protes besar-besaran menuntut perubahan.
Dari Pamer Mewah ke Gelombang Amarah
Ketidakpuasan rakyat sudah lama membara, tetapi video dan foto anak pejabat Nepal yang pamer mobil mewah, liburan glamor, serta barang-barang bermerek mempercepat ledakan amarah publik.
“Kesenjangan ini sudah terlalu mencolok. Mereka hidup enak karena orang tuanya berkuasa, sementara kami kesulitan mencari pekerjaan,” kata seorang mahasiswa di Kathmandu, dikutip Al Jazeera.
Tagar #NepoKid bahkan trending di media sosial Nepal. Generasi muda menggunakannya sebagai bentuk satir sekaligus protes terhadap ketidakadilan sosial.
Baca Juga: Misteri Penembakan Diplomat RI di Peru, Investigasi Mengarah ke Sindikat Kriminal
Namun, protes tak hanya berhenti di dunia maya. Demonstrasi meluas hingga berujung kerusuhan besar di Kathmandu dan Lalitpur. Rumah pejabat, kantor partai, bahkan gedung parlemen menjadi sasaran amuk massa.
Korban Jiwa dan Krisis Politik
Menurut laporan Al Jazeera (10 September 2025), sedikitnya 20 orang tewas akibat bentrokan, termasuk Radhika Shakya, istri mantan perdana menteri Oli.