“Kapan lagi punya baju sama sepatu orang kaya. Terima kasih Pak Eko,” teriak salah satu warga yang kedapatan membawa tas dan pakaian bermerek.
Tak sedikit dari mereka yang terang-terangan menyebut kedatangannya hanya untuk mencari barang tersisa.
“Masih ada gak di dalam? Kalau ada, cari lagi,” kata seorang remaja di tengah kerumunan.
Jejak Media Sosial dan Dampak Reputasi
Aksi penjarahan ini memperlihatkan bagaimana media sosial memainkan peran besar dalam mempercepat penyebaran informasi.
Video siaran langsung dari warga yang sudah lebih dulu berada di lokasi memicu gelombang kedatangan massa baru.
Peristiwa tersebut menambah beban citra negatif bagi Eko Patrio yang sehari sebelumnya sudah menuai kecaman publik.
Video parodinya di TikTok, di mana ia tampil bergaya discjokey dengan musik “horeg”, dianggap tidak peka terhadap penderitaan masyarakat.
Menyusul kritik keras warganet, Eko sempat mengunggah permintaan maaf lewat akun Instagram pribadinya.
Namun, permintaan maaf itu belum meredakan amarah sebagian publik yang menilai sikapnya tidak pantas sebagai wakil rakyat.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan besar terkait keamanan pejabat negara dan tanggung jawab aparat saat kerusuhan meluas ke ranah privat.
Baca Juga: Kapolri Siap Mundur Jabatan, Siapkan Presiden Prabowo Subianto Gunakan Hak Preogratif
Publik juga ramai memperdebatkan apakah aksi penjarahan tersebut murni spontan atau ada unsur provokasi yang lebih besar.
“Kalau aparat diam saja, orang bisa merasa bebas ambil barang seenaknya. Ini preseden buruk,” ujar seorang pengamat hukum fiktif, Ardi Nugroho, ketika dimintai tanggapan.