“Satu momen yang bagus untuk menunjukkan kepada rakyat bahwa kita ini satu,” katanya.
Absennya Megawati sendiri dianggap sebagian kalangan sebagai sinyal politik.
Mengingat posisinya sebagai Ketua Umum partai terbesar di parlemen, keputusan untuk merayakan kemerdekaan di markas partai tentu punya bobot tersendiri.
Di sisi lain, kehadiran SBY, Jokowi, dan Prabowo di satu panggung juga memunculkan beragam interpretasi publik.
Baca Juga: Bebas Bukan Berarti Bebas! Setya Novanto Masih Diawasi Negara Hingga 2029, Akankah Balik ke Politik?
Netizen ramai memperbincangkan suasana hangat di Istana yang disebut-sebut sebagai simbol rekonsiliasi lintas generasi kepemimpinan.
Pengamat politik menilai bahwa dalam konteks nasional, kebersamaan para pemimpin negara di momen sakral seperti 17 Agustus bisa memperkuat legitimasi politik pemerintahan baru sekaligus menjaga stabilitas.
Dengan atau tanpa kehadiran Megawati, upacara HUT ke-80 RI di Istana Merdeka tetap meninggalkan pesan besar: Indonesia berdiri tegak berkat persatuan.
Masyarakat pun diingatkan kembali bahwa semangat Proklamasi tidak hanya tentang merayakan kemerdekaan, tetapi juga tentang merawat kebersamaan di tengah perbedaan.
Baca Juga: Paskibra Bentuk Formasi Angka 80 Saat Upacara Penurunan Sang Merah Putih di Halaman Istana Merdeka
Bagi Luhut, kekompakan para pemimpin di hari kemerdekaan adalah cermin yang ingin ditunjukkan kepada rakyat, bahwa Indonesia lebih kuat saat bersatu.***