Komentar ini segera mendapatkan dukungan luas dari warganet yang ikut prihatin dengan perlakuan terhadap pedagang es teh tersebut.
Video yang beredar memperlihatkan pedagang tersebut berdiri di antara para jemaah sambil membawa dagangannya.
Banyak yang menilai bahwa candaan Gus Miftah tersebut terlalu kasar, apalagi disampaikan di tengah khalayak ramai.
"Jangan merendahkan orang yang sedang berusaha. Kata-kata itu tajam dan menyakitkan," tulis seorang pengguna media sosial dalam kolom komentar.
Netizen lainnya juga mempertanyakan sikap seorang pendakwah yang semestinya menjadi teladan dalam berbicara dan bersikap.
"Kalau mau bercanda, lihat-lihat situasi. Jangan sampai candaan malah bikin orang malu," ujar pengguna lain.
Hingga berita ini ditulis, Gus Miftah belum memberikan tanggapan resmi terkait insiden ini.
Banyak pihak yang menunggu klarifikasi darinya untuk meluruskan apa yang sebenarnya terjadi dalam acara tersebut.
Sebagai figur publik sekaligus utusan khusus Presiden, Gus Miftah memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga tutur kata dan sikap, terutama di ruang publik.
Kejadian ini membuka diskusi lebih luas tentang peran pemimpin agama di era media sosial. Perkataan mereka yang tersebar luas dapat berdampak besar, baik positif maupun negatif.
Para pemuka agama diharapkan tidak hanya memberikan dakwah yang mendalam, tetapi juga menunjukkan empati terhadap masyarakat kecil yang kerap kali berada dalam perjuangan berat.
Sementara itu, dukungan kepada pedagang es teh tersebut terus mengalir.