Berbagai spekulasi muncul di balik alasan mundurnya Airlangga. Beredar kabar bahwa Airlangga diberikan pilihan sulit: mundur dari jabatan atau menghadapi jerat hukum.
Spekulasi ini diperkuat dengan rumor tentang dugaan keterlibatannya dalam kasus ekspor minyak sawit dan nikel ke China, yang diduga menjadi 'senjata' untuk menekannya keluar dari kursi ketua umum.
Di sisi lain, isu bahwa Airlangga diduga terlibat dalam kasus ekspor minyak sawit dan nikel ke China menambah spekulasi bahwa ia dikudeta secara halus.
Meski begitu, sejumlah elite Golkar menganggap pengunduran diri ini sebagai konsekuensi dari kegagalan Airlangga memimpin partai, terutama setelah Golkar gagal menjadi kontestan kuat di Pilpres 2024.
Di bawah kepemimpinannya, Partai Golkar dinilai menjadi partai yang lemah, terutama dalam menghadapi partai-partai lain.
Bahkan, ada yang menyebut Airlangga sebagai Ketua Umum Golkar yang paling 'disayang' partai lain, karena kelemahan partai yang dipimpinnya. Hal ini menjadi bahan canda di kalangan elite partai.
Baca Juga: Kenapa Harus Ke Stasiun Cikarang, Untuk Akses Antar Kota Maupun Jarak Jauh
Dengan dinamika yang terjadi, siapa pun yang akan menggantikan Airlangga akan menghadapi tantangan besar untuk mengembalikan kejayaan Partai Golkar. Apakah benar ada kudeta halus di balik mundurnya Airlangga, atau ini murni keputusan pribadi? Hanya waktu yang akan menjawabnya.***