Makanya ketika PKS dituding Wahabi oleh Gus Miftah, Gus Baha menilai itu namanya kalah jurus, menang nuduh.
"Tak peduli bener atau tidak, yang penting pokoke,” katanya.
Persis seperti yang dilakukan kepada pengusaha Tionghoa.
"Setelah ekonominya kalah. Ramai-ramai bilang revolusi anti China. Tak perlu revolusi, kalau kita rajin, tidak malas, kita pasti bisa," katanya.
"Kalau ingin maju buang jauh sifat malas. Bikin sentra-sentra poduksi di kampung-kampung. Dulu kita bikin minyak kelapa sendiri. Bikin sentra kopra sendiri. Lah, sekarang kita kok malas marut kelapa. Akibatnya, ya kita tergantung dengan industri minyak yang dikuasai pengusaha Tionghoa," ucap Gus Baha.
Baca Juga: Konsumen Industri Jasa Hiburan Mulai Resah Dengan Rencana Kenaikan Pajak 75%
"Begitu juga tepung, dulu ketika kita mau bikin tepung, ndeplok (menumbuk) sendiri dari beras. Lha sekarang malas, ya tepungnya dikuasai pengusaha Tionghoa. Mau bikin pisang goreng atau jajanan apa pun, tepungnya beli," katanya.
Tak hanya Gus Baha yang mengingatkan penyakit malas ini.
Juga Syekh Syakib Arsalan dalam bukunya Limadza ta akharal muslimun, walimadza taqoddama ghoiruhum (Mengapa Umat Islam Mundur, dan Umat Selain Islam Maju).
Ulama Libanon itu mengatakan, kelemahan umat Islam tidak mempraktikkan kitab sucinya.
"Quran surat al Mukminun ayat 3 memerintahkan kita agar tidak melakukan perbuatan dan perkataan yang sia-sia. Jika kita amalkan mestinya kita sangat tinggi etos kerjanya. Karena hal itu diperintahkan oleh Allah lewat kitab sucinya," katanya.
Semoga kita tidak termasuk salah satu yang disentil Gus Baha’ dan Syekh Syakib Arsalan. Aamiin.***