HUKAMANEWS - Membuka tahun 2025, industri sepak bola Indonesia bukan hanya dikejutkan pemecatan Shin Tae Yong saja. Sepak bola dalam negeri terlihat mulai terseok-seok dalam hal finansial. Hal ini dirasakan mereka klub - klub besar pemain di Liga 1.
Presiden Borneo FC, Nabil Husein Said Amin, secara blak-blakan mengaku mengalami kerugian selama memimpin klub asal Samarinda, Kalimantan Timur, tersebut.Dikutip dari kanal YouTube Sport77 Official, Nabil mengungkapkan bahwa mengelola klub sepak bola di Indonesia tidak memberikan keuntungan seperti yang dibayangkannya.
"Tim lain sih saya enggak tahu, kalau saya buntung. Bukan untung, tambahi b, buntung," kata Nabil dalam unggahan yang dikutip pada Selasa, 7 Januari 2025.
Baca Juga: Tak Ada Susu, Pemerintah Perlu Pemetaan Serius Sektor Pangan di Daerah
Menurut Nabil, salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan adalah melalui transfer pemain, seperti yang dilakukan Borneo FC dengan kepindahan Pato ke klub China. Pendapatan dari transfer tersebut, diakuinya, digunakan untuk membangun fasilitas, akademi, dan menambah alat latihan klub.
Nasib sama ini dialami Teddy Tjahjono, mantan Direktur Utama PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB). Dalam Podcast Sport77 Official pada 2023 silam, Teddy menyebut bahwa industri sepak bola di Indonesia tidak menguntungkan.
Teddy memaparkan empat sumber pendapatan utama klub, yakni sponsor, penjualan merchandise, hak siar, dan tiket pertandingan. Namun, keempat elemen ini tidak cukup untuk menutup biaya operasional klub selama satu musim kompetisi.
Hal serupa dialami Bali United, satu-satunya klub sepak bola di Indonesia yang sudah menjadi perusahaan terbuka. Berdasarkan laporan keuangan PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) pada semester I-2024, klub ini mencatatkan rugi bersih sebesar Rp69,8 miliar, berbalik dari laba bersih Rp13,6 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kerugian ini membuat perusahaan milik Pieter Tanuri itu mengalami penurunan nilai saham dasar sebesar Rp11,64 per lembar.
Sementara itu CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi, meski tak menyebutkan angka spesifik, ia mengungkapkan bahwa PSIS terus berupaya mencari strategi untuk menjaga keberlanjutan klub, termasuk memaksimalkan sektor-sektor yang ada
Baca Juga: Jelang Perilisan, Bocoran Spesifikasi Utama Realme 14 Pro Bikin Hebohkan Jagat Sosmed
"Akhir-akhir ini ramai di media sosial mengenai statemen Bro Nabil, Pak Teddy, Pak Pieter. Saya kira kondisi klub-klub di Indonesia hampir sama, termasuk di PSIS. Kami terus peras tenaga peras otak supaya PSIS terus bisa jalan bagaimana pun kondisinya. Apalagi selama beberapa tahun terakhir ini kondisi industri sepak bola Indonesia juga belum baik-baik saja. Namun kami terus mencoba mencari pendapatan melalui beberapa sektor yang ada seperti sponsorship atau pun jualan merchandise dan pembangunan tempat latihan yang bisa kami sewakan untuk menambah pendapatan," jelas Yoyok.
Artikel Terkait
Bentrokan Suporter Sepak Bola di Guinea Akibatkan Ratusan Orang Tewas dan Terluka, Begini Kata Perdana Menteri Bah Oury
Meski Laga Bak Tarkam dan Kekesalan Warga +62 Serbu IG Hein Phyo Win yang Tendang Bola ke Kepala Marcelino, STY Terkesan Timnas Ungguli Myanmar
Indonesia Sukses Juara Piala Dunia Gim Elektronik Sepak Bola FIFA 2024 Usai Kalahkan Brazil 2:1 di Menit Terakhir
Shin Tae-yong Resmi Hengkang, Inilah Profil Patrick Kluivert, Legenda Sepak Bola Dunia yang Jadi Kandidat Pelatih Timnas Indonesia
Erick Thohir Akui Keputusannya Pecat Shin Tae yong Bukan Karena Ditekan Mafia Bola Hingga Exco PSSI