HUKUMANEWS - Luna Maya adalah representasi segala ketidakadilan yang mungkin terjadi pada tubuh perempuan Indonesia.
Karena satu kesalahan dalam norma masyarakat, perempuan bisa sangat dihukum, tapi tidak laki-laki.
Penilaian ini diberikan penulis Kalis Mardiasih, yang biasa menulis dari perspektif gender perempuan.
Menurut Kalis, belajar dari kasus hebohnya video Luna dan Ariel "Noah" beberapa tahun lalu, sudah banyak komentar miring yang melecehkan dan merendahkan model papan atas itu.
Masyarakat seperti mewajarkan, tanpa menyadari bahwa satu komentar melecehkan, dan merendahkan kepada seorang perempuan, sesungguhnya menyakiti identitas tubuh, fungsi reproduksi dan eksistensi semua perempuan.
"Sebab kita tahu, komentar-komentar itu tidak hadir hanya untuk menjatuhkan luna, melainkan bersumber dari perasaan superior untuk menertawakan manusia perempuan, atas kelemahan dan ketidakberdayaan kita atas kuasa dunia yang tidak adil pada perempuan."
"Kita semua bisa menjadi Luna Maya. Dilabel sebagai seorang perempuan yang tidak patuh, hanya karena memilih mimpi kita sendiri."
Dilabel sebagai seorang perempuan yang rusak selamanya, padahal kita adalah korban yang paling sengsara.
Perempuan bisa dicap terlalu nakal, murahan, tidak berbakti, berbahaya, bahkan hanya kaena bentuk tubuh bisa diprasangkai macam-macam.
Tapi tidak laki-laki.
Luna Maya melewati banyak kegagalan, termasuk patah hati yang sangat mendalam, yang mungkin juga karena tidak mendapat restu keluarga pasangan.
Karena label-label yang tidak seharusnya ia tanggung sendiri.
Luna Maya tidak mengiba.