Ini membuka peluang besar bagi merek-merek dari negara yang tidak terdampak tarif tinggi, seperti India atau negara-negara di Afrika yang mulai tumbuh sebagai pusat produksi teknologi baru.
Pangsa pasar pun berpotensi berubah drastis. Brand besar mungkin mulai tergerus jika tidak mampu menyiasati harga jual.
Di sisi lain, produsen kecil bisa saja naik daun jika mampu menawarkan kualitas setara dengan harga lebih murah.
Pergeseran ini menandakan bahwa tahun 2025 bisa jadi momentum transisi besar dalam industri smartphone global.
Baca Juga: Gak Ada Lagi Notch! Teknologi Kamera Bawah Layar Bikin Tampilan Ponsel Mewah Sekelas Flagship Mahal
Bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal strategi ekonomi dan geopolitik yang lebih luas.
Tarif impor, meski terlihat sebagai urusan antar negara, pada akhirnya menyentuh kehidupan sehari-hari kamu.
Mulai dari harga barang, keputusan membeli, hingga merek apa yang mendominasi pasar dalam beberapa tahun ke depan.
Kebijakan Trump, meski kontroversial, berhasil menciptakan efek kejut yang memaksa banyak pihak untuk berpikir ulang.
Tak cuma soal produksi dan distribusi, tapi juga soal ketahanan industri dan pilihan konsumen.
Jika situasi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin akan lahir wajah-wajah baru di dunia teknologi, yang muncul dari tekanan dan tantangan zaman.
Baca Juga: Gak Perlu ke Klinik! Smartphone Zaman Now Bisa Pantau Kesehatan Tubuh Langsung dari Genggaman
Dalam situasi seperti ini, yang paling diuntungkan adalah mereka yang bisa beradaptasi paling cepat.
Perusahaan yang sanggup menemukan celah di tengah tekanan tarif.
Dan konsumen yang cerdas, yang bisa menyesuaikan pilihan tanpa harus mengorbankan kualitas.