Owa Jawa ialah primata endemik Jawa yang sangat setia kepada pasangannya. Satwa ini memiliki usia rata-rata 35 tahun dan hanya akan mencari satu pasangan seumur hidup. Karena kesetiaannya tersebut, owa yang ditinggal mati oleh pasangannya biasanya akan stres dan ikut mati juga.
“Owa ini tidak mau kawin dengan keluarganya. Dia pasti mencari pasangan di luar keluarganya. Kata Inge, anak-anak owa jawa itu takut sama orangtuanya. Setelah saya terjun sendiri, ternyata mereka memang begitu,” jelas perempuan pelestari owa jawa ini.
Baca Juga: Sejarah Pohon Keramat yang Jadi Lokasi Pemotretan Bule Tanpa Busana
Belakangan, sumber pangan owa di Hutan Lengkong mulai berkurang karena mayoritas tanaman di situ telah dialihkan menjadi tanaman industri. Hal ini yang memicu hewan-hewan tersebut terpaksa masuk ke permukiman warga untuk mencari makanan.
“Di sini yang banyak daun pinus, sedangkan pinus tidak bisa dikonsumsi, paling mereka cuma makan pucuk daunnya. Sedangkan owa bisa berkembang biak jika ada nutrisi makanan yang cukup.”
Dengan melihat keadaan tersebut, Tini pun berinisiatif untuk memberi makan owa di hutan. Ia sisihkan penghasilannya untuk membeli buah-buah yang kemudian ia berikan kepada owa-owa di hutan.
Tini juga aktif merawat hutan yang menjadi habitat alami primata langka tersebut. Semuanya ia lakukan dengan tujuan agar primata langka penghuni Hutan Lengkong ini terhindar dari kepunahan.
“Primata langka ini bukan milik saya, ini milik dunia. Di Indonesia hanya ada di Jawa Barat, dan yang terbanyak di kampung kami. Keseluruhan ada lebih dari 60 ekor, tapi ada 2 tempat yang belum saya kunjungi karena medannya sulit. Padahal, di sana itu mereka sering diburu orang untuk di jual, tapi saya belum bisa ke sana,” aku Tini.
Baca Juga: Mengulik Sejarah Ketupat yang Penuh Makna
GIGIH BERJUANG
Perjuangan Tini tidaklah mudah. Apalagi, ia mengalami gangguan penglihatan pada akhir 2016 lalu. Semenjak kehilangan penglihatannya, Tini pun terpaksa harus menggunakan tongkat sebagai penunjuk arah saat berjalan, termasuk ketika ia harus masuk ke hutan untuk memberi makan owa jawa.
“Kalaupun enggak bisa lihat, saya masih berani bersaing kalau jalan di hutan, mungkin karena sering keluar masuk hutan, saya jadi tahu di mana tanjakan, mana turunan,” Tini sembari berkelakar.
Berkat kegigihannya inilah, kini semakin banyak orang yang turut peduli terhadap habitat owa jawa di Hutan Lengkong.
Dengan kondisi penglihatan yang terbatas namun tetap bisa melihat dengan samar-samar, Tini mengaku masih bisa mengenali dengan baik setiap anggota dari kelompok owa jawa yang selama ini dia rawat, bahkan dari bentuk tubuh hingga karakternya ketika diberi makan. Lebih dari itu, Tini juga diketahui memberi nama atau julukan sendiri bagi keluarga owa tersebut.
Baca Juga: Cara Mudah Mengatasi Tabung Gas Mendesis