Ketika melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi, Bahlil mengaku bahwa kehidupannya tidak menjadi lebih mudah.
Di masa kuliah, ia pernah mengalami busung lapar karena tidak punya uang untuk makan. Meski begitu, ia tetap gigih mengejar pendidikan.
Bahlil lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Port Numbay di Jayapura, lalu melanjutkan studinya hingga meraih gelar Magister Akuntansi dari Universitas Trisakti.
Dan kini, ia melengkapi perjalanan akademisnya dengan gelar Doktor dari Universitas Indonesia.
Selain berjuang di bidang akademis, Bahlil juga aktif di organisasi kemahasiswaan.
Ia pernah menjadi aktivis mahasiswa yang kritis, bahkan sampai berurusan dengan polisi karena kegiatannya.
Dari sana, ia kemudian terpilih menjadi Bendahara Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia.
Karir Bahlil sebagai pengusaha dimulai dengan bergabung di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Pada tahun 2015, ia terpilih menjadi Ketua HIPMI, sebuah organisasi yang menjadi wadah bagi para pengusaha muda di Indonesia.
Di bawah kepemimpinannya, HIPMI berkembang pesat, dan ia bahkan memimpin delegasi perdagangan ke Jepang pada 2016 dan ke Eropa pada 2018 dalam misi perdagangan yang bertujuan meningkatkan peluang bisnis bagi pengusaha muda Indonesia di luar negeri.
Keberhasilan di dunia bisnis tidak membuatnya melupakan asal usulnya. Dalam banyak kesempatan, Bahlil selalu menekankan pentingnya keberlanjutan dan keadilan dalam pembangunan ekonomi.
Hal ini tercermin dalam disertasi doktornya tentang hilirisasi nikel, di mana ia menyoroti pentingnya tata kelola yang adil dalam pemanfaatan sumber daya alam Indonesia.