HUKAMANEWS - Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi anak-anak kini menuai kontroversi.
Kabar mengenai pemangkasan anggaran dari Rp10 ribu menjadi Rp8 ribu per porsi menimbulkan pertanyaan besar.
Apakah jumlah tersebut masih cukup untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi?
Para ahli gizi pun angkat bicara, menyoroti potensi dampak buruk bagi kualitas makanan yang diberikan.
Isu ini semakin ramai diperbincangkan setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut menyoroti dugaan penyunatan anggaran MBG.
Anggaran Rp8 Ribu, Masih Layak untuk Gizi Anak?
Pemangkasan anggaran MBG dari Rp10 ribu menjadi Rp8 ribu memunculkan kekhawatiran, terutama terkait kelayakan menu yang disajikan.
Ahli gizi masyarakat, dr. Tan Shot Yen, menilai bahwa secara teknis, anggaran tersebut masih memungkinkan untuk memenuhi standar gizi minimal. Namun, pilihan menu menjadi sangat terbatas.
"Bisa saja cukup, tapi menunya akan monoton. Kemungkinan besar anak-anak hanya akan mendapatkan nasi, telur, dan sayur setiap hari," ujar dr. Tan.
Baca Juga: Sanksi UI untuk Bahlil Dipertanyakan! Benarkah Kampus Mulai Takluk pada Kekuasaan?
Menurutnya, kebutuhan gizi anak tidak hanya sekadar memenuhi kalori, tetapi juga harus memperhatikan keberagaman nutrisi.
Ia menegaskan bahwa meskipun secara teori Rp8 ribu bisa mencukupi, namun dalam praktiknya kondisi ini tidak masuk akal.
Kualitas dan Variasi Makanan Terancam
Dengan anggaran terbatas, variasi makanan yang bisa disajikan semakin berkurang.