Kasus penggantian unit Pixel 10 dengan slot SIM fisik ini membuka diskusi baru soal strategi Google di pasar global.
Apakah langkah “all-in eSIM” di AS terlalu cepat? Atau justru menjadi cara untuk memaksa industri lebih adaptif?
Yang jelas, fenomena ini jadi pengingat bahwa teknologi tidak selalu berjalan mulus sesuai rencana pabrikan. Pada akhirnya, kebutuhan dan kenyamanan pengguna tetap menjadi faktor penentu.
Bagi pengguna di Indonesia, kasus ini bisa jadi gambaran bagaimana masa depan komunikasi mobile akan berubah.
Ketika dunia bergerak menuju era tanpa SIM fisik, pertanyaannya bukan lagi “apakah” kita akan ikut, melainkan “kapan”.***