Dengan SmartTag, penumpang memiliki kendali penuh dan bisa memonitor pergerakan koper tanpa bergantung sepenuhnya pada laporan maskapai.
Di komunitas traveler global, fitur ini mendapat sambutan positif karena pelacakan bagasi menjadi salah satu keluhan terbesar pengguna pesawat beberapa tahun terakhir.
Menurut laporan SITA 2024, rata-rata 7 dari 1.000 bagasi penumpang sempat salah rute setiap tahunnya dan memerlukan proses klaim hingga berhari-hari.
Kehadiran SmartTag yang terintegrasi langsung dengan maskapai diprediksi dapat memangkas waktu penanganan hingga lebih dari 50 persen.
Baca Juga: Huawei FreeBuds 7i Bikin Shock, ANC 55 dB Seharga Rp899 Ribu, Beneran Bisa Saingi Flagship?
Pengamat penerbangan juga menilai langkah Samsung ini berpotensi mendorong kompetitor seperti Apple AirTag atau Tile untuk melakukan kolaborasi serupa demi memberikan nilai tambah bagi penumpang.
Samsung mengatakan kolaborasi dengan Turkish Airlines ini baru langkah awal dan kerja sama akan diperluas ke lebih banyak maskapai internasional dalam beberapa tahun mendatang.
Jika masuk ke maskapai besar Asia seperti Singapore Airlines, ANA, atau Garuda Indonesia, ekosistem SmartTag bisa menjadi standar baru dalam industri aviasi.
Bagi pengguna di Indonesia, potensi kehadiran layanan ini memberi harapan besar mengingat masalah kehilangan dan keterlambatan bagasi masih sering terjadi di beberapa bandara besar seperti Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai.
Integrasi Samsung SmartTag dengan Turkish Airlines menandai babak baru dalam pelacakan bagasi global yang lebih cepat dan transparan.
Baca Juga: iPhone 17 Pro Max Diam-diam Punya Mode Desktop? Pengguna Bongkar Celah iOS yang Bikin Penasaran
Terobosan ini menunjukkan bagaimana teknologi konsumen kini mampu menyatu langsung dengan sistem maskapai untuk menghadirkan layanan yang benar-benar membantu penumpang.
Jika kerja sama ini diperluas ke maskapai lain, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pasar yang paling diuntungkan oleh inovasi pelacakan bagasi masa depan.***