Meski menarik, laporan ini juga menyoroti kenyataan bahwa versi global ponsel Xiaomi seringkali hadir dengan kapasitas baterai yang lebih kecil dibanding versi China.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan regulasi pengiriman baterai lithium berkapasitas besar, serta penyesuaian desain untuk pasar internasional.
Contohnya, beberapa ponsel Xiaomi yang menggunakan teknologi baterai silikon-karbon—yang lebih padat dan ringan, terpaksa dikurangi kapasitasnya saat dijual di luar negeri.
Karena itu, meski penggemar di Indonesia berharap bisa mencicipi baterai 9.000 mAh, kemungkinan besar versi global akan sedikit “dipangkas.”
Namun, Xiaomi tetap dikenal sebagai brand yang agresif dalam inovasi baterai. Seri Redmi dan Poco belakangan terus memprioritaskan efisiensi daya dan teknologi pengisian super cepat, seperti HyperCharge 120W di Redmi Note 12 Explorer Edition.
Tren Baterai Jumbo Mulai Bangkit Lagi
Jika benar Xiaomi membawa ponsel dengan baterai 9.000–10.000 mAh, ini bisa memicu tren baru di industri smartphone.
Setelah bertahun-tahun fokus pada desain tipis, kini pabrikan tampak mulai kembali mengutamakan ketahanan daya dan efisiensi energi.
Dengan meningkatnya konsumsi daya akibat chipset AI, layar ber-refresh rate tinggi, dan konektivitas 5G, kapasitas besar menjadi solusi logis.
Beberapa analis teknologi memperkirakan bahwa dalam 2 tahun ke depan, baterai di atas 8.000 mAh bisa menjadi standar baru untuk ponsel kelas menengah.
Baca Juga: Samsung Pamerkan Prototipe Ponsel Lipat Tiga Layar, Siap Ubah Masa Depan Smartphone Premium
Jika ini terjadi, pengguna akan semakin jarang mencari powerbank, terutama bagi mereka yang sering beraktivitas di luar ruangan.
Inovasi yang Bisa Mengubah Harapan Pengguna
Walau belum ada konfirmasi resmi dari Xiaomi, rumor ini sudah cukup mengguncang komunitas teknologi.