Harga jualnya pun diperkirakan mencapai USD 2.800 (sekitar Rp45 juta), menegaskan posisi perangkat ini di segmen ultra-premium. Pasar yang akan kebagian jatah awal antara lain Korea Selatan, China, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab.
Langkah Strategis Samsung dalam Persaingan Layar Lipat
Keputusan Samsung untuk memamerkan prototipe tanpa langsung menjualnya bukan tanpa alasan.
Langkah ini diyakini sebagai uji reaksi publik dan media sebelum produksi massal dimulai.
Selain itu, strategi ini juga mempertegas posisi Samsung sebagai pionir inovasi lipat di tengah persaingan ketat dengan Huawei, Honor, dan Oppo yang juga tengah mengembangkan model serupa.
Menurut analis teknologi dari Seoul Digital Institute, Kim Seung-hoon, pendekatan ini cerdas karena menciptakan hype tinggi tanpa risiko kegagalan pasar.
“Samsung tahu bahwa pasar premium tidak sekadar soal teknologi, tapi soal eksklusivitas dan persepsi. Tri-fold ini bukan hanya ponsel, tapi simbol status,” jelasnya.
Meski belum bisa disentuh langsung, netizen di media sosial Korea dan global ramai membicarakan tampilan perangkat ini.
Banyak yang memuji desainnya yang futuristik dan berharap fitur multitasking-nya bisa mengubah pengalaman kerja mobile.
Sementara sebagian lainnya skeptis terhadap daya tahan engsel ganda dan harga tinggi yang dinilai masih sulit dijangkau.
Baca Juga: iPad Pro 2027 Bocor! Chip M6 & Vapor Chamber Siap Bikin Tablet Ini Lebih Dingin dari Laptop Gaming!
Namun, jika Samsung berhasil mengoptimalkan teknologi layar lipat tanpa kompromi di sisi ketahanan, perangkat ini berpotensi menjadi game changer di pasar smartphone premium.
Awal Era Baru Smartphone Lipat
Samsung tampaknya tengah menyiapkan babak baru dalam evolusi perangkat mobile. Dengan desain lipat tiga, perusahaan ini bukan hanya berinovasi secara teknis, tapi juga membentuk citra eksklusif dan futuristik yang sulit ditandingi kompetitor.