Hal ini memungkinkan Apple untuk menyempurnakan integrasi antara software dan hardware, sehingga performanya terasa lebih halus, stabil, dan tahan lama.
Selain itu, iPhone juga dikenal dengan fitur keamanannya yang canggih. Bahkan Apple pernah menolak memberikan akses ke iCloud meski diminta oleh FBI.
Privasi dan keamanan data jadi prioritas utama, yang bikin pengguna merasa lebih terlindungi.
Riset, Pajak, dan Kurs Dolar Bikin Harga iPhone Melonjak
Bukan cuma karena branding dan teknologi, ada juga faktor eksternal yang bikin harga iPhone makin mahal, khususnya di Indonesia.
Apple harus mengeluarkan biaya besar untuk riset dan pengembangan (R&D).
Ditambah lagi dengan bea impor, pajak, biaya distribusi lokal, dan fluktuasi nilai tukar Dolar AS yang semuanya berdampak pada harga jual akhir.
Jadi kalau kamu merasa iPhone di Indonesia mahal banget, itu bukan cuma soal gengsi, tapi juga karena faktor ekonomi global.
Baca Juga: Google Pixel 10 Pro Resmi Diperkenalkan, Ini Bocoran Desain dan Spesifikasinya
iPhone Bekas pun Masih Diburu, Kenapa Ya?
Uniknya, meskipun sudah bertahun-tahun rilis, iPhone bekas masih punya nilai jual yang tinggi.
Contohnya iPhone 11 yang dirilis tahun 2019, saat ini masih dijual di kisaran Rp3,8 juta hingga Rp4,7 juta untuk versi 64GB.
Bahkan iPhone X yang sudah berumur lebih dari 7 tahun pun masih dibanderol mulai dari Rp2 jutaan.
Kenapa bisa begitu? Jawabannya simpel: karena performanya tetap oke, tampilannya nggak jadul-jadul amat, dan permintaannya tetap tinggi.
Ekosistem Apple: Sekali Masuk, Sulit Keluar