Brand asal Tiongkok yang menaungi Infinix, Tecno, dan Itel ini berhasil naik ke posisi dua besar dengan pangsa pasar mencapai 18,3%.
Angka ini melonjak drastis dari hanya 13,1% pada 2023.
Lompatan besar ini didorong oleh strategi mereka yang fokus pada ponsel ultra low-end, terutama di segmen harga di bawah Rp 1,6 juta.
Buat kamu yang mungkin berpikir harga murah identik dengan kualitas rendah, Transsion justru membuktikan sebaliknya.
Dengan fitur kekinian dan performa cukup stabil untuk pemakaian harian, banyak pengguna entry-level merasa produk mereka sudah lebih dari cukup.
Tak heran jika Transsion kini semakin disorot sebagai penantang serius merek-merek besar lainnya.
Samsung Mulai Tertekan
Samsung, yang selama ini identik dengan produk premium dan inovasi teknologi, justru mengalami penurunan.
Dari sebelumnya menguasai 20% pasar pada 2023, kini tinggal 17,2%.
Baca Juga: Gak Ada Lagi Notch! Teknologi Kamera Bawah Layar Bikin Tampilan Ponsel Mewah Sekelas Flagship Mahal
Meskipun masih berada di posisi ketiga, tekanan dari kompetitor terutama di segmen menengah ke bawah membuat Samsung perlu memikirkan ulang strategi distribusi dan harga.
Terutama karena pengguna di Indonesia kini semakin cermat dalam memilih smartphone, tak hanya soal merek, tapi juga value for money.
Xiaomi Naik Tipis, Vivo Tersendat
Xiaomi yang dikenal dengan jargon "harga bersahabat, spek gahar" berhasil menaikkan pangsa pasarnya dari 14,8% menjadi 16,5%.