Salah satunya adalah sistem stabilisasi berbasis gimbal yang diklaim lebih baik dan fitur kecerdasan buatan (AI) yang bisa menyaingi Samsung.
Sayangnya, semua fitur tersebut seolah tidak cukup untuk menutupi kelemahan terbesar ponsel ini, yaitu kurangnya dukungan software yang panjang.
Sebagai perbandingan, Samsung dan beberapa brand besar lainnya sudah menawarkan minimal 4 tahun pembaruan OS dan keamanan.
Asus, di sisi lain, hanya memberikan dua kali pembaruan OS, yang berarti umur software ponsel ini jauh lebih pendek.
Ini tentu menjadi pertimbangan serius bagi pengguna yang ingin perangkat mereka tetap relevan dalam jangka panjang.
Harga Mahal, Pembaruan Minim: Strategi Asus yang Perlu Dipertanyakan
Masalah pembaruan software ini semakin diperburuk oleh banderol harga yang cukup tinggi.
Dengan harga premium, ekspektasi konsumen pun meningkat, termasuk dalam hal dukungan software yang lebih panjang.
Sayangnya, Asus tampaknya masih belum siap untuk bersaing dalam hal ini.
Baca Juga: Coretax Senilai Rp1,3 Triliun Eror, Diduga Pakai Software Murahan, Bos Pajak Didemo Mundur!
Banyak pengguna menyuarakan kekecewaan mereka terhadap strategi Asus, terutama karena Zenfone bukanlah lini ponsel gaming seperti seri ROG yang biasanya lebih sering di-upgrade oleh pengguna.
Jika Asus ingin tetap kompetitif di pasar flagship, kebijakan pembaruan software ini perlu dipertimbangkan ulang agar lebih menarik di mata konsumen.***