"Kami juga akan membawa tenaga ahli kami untuk bekerja bersama partner lokal, yakni Indomobil Group, guna mendorong produksi lokal di Indonesia," ungkap Zhang Wei.
Selain itu, Maxus juga selaras dengan kebijakan pemerintah Indonesia yang mendorong produksi lokal.
Zhang Wei menyebut bahwa ini adalah langkah strategis untuk memastikan produk mereka memenuhi standar Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40 persen.
Baca Juga: Menilik Keseriusan Indonesia Memangkas Karbon, antara Regulasi dan Aksi Iklim yang Belum Terlihat
Baterai Lokal Jadi Fokus Masa Depan
Salah satu langkah besar yang direncanakan Maxus adalah penggunaan baterai buatan Indonesia.
Target ini diharapkan terealisasi pada tahun 2027, sejalan dengan riset mendalam untuk menemukan mitra lokal yang dapat memenuhi kebutuhan pasokan baterai berkualitas.
"Melokalkan baterai adalah prioritas kami. Ini penting agar produk kami tetap kompetitif di pasar Indonesia sekaligus mendukung kebijakan pemerintah," ujar Zhang Wei.
Dengan dukungan dari SAIC Group, Maxus yakin dapat memanfaatkan ekosistem global mereka untuk mempercepat proses lokalisasi.
Baca Juga: Sopir Truk Tronton Histeris Usai Tabrak 7 Kendaraan di Slipi, Saksi: Dia Sempat Mencoba Kabur
Pesaing Baru yang Patut Diwaspadai
Kehadiran Maxus dengan produksi lokalnya di Indonesia tentu menjadi tantangan besar bagi pemain lama seperti Lexus dan Toyota Alphard.
Kombinasi antara teknologi terkini, transfer ilmu ke tenaga kerja lokal, dan komitmen terhadap penggunaan komponen lokal menjadikan Maxus kandidat kuat di pasar MPV premium.
Dengan strategi yang matang, Maxus tampaknya siap menjadi pemain utama yang akan mendobrak dominasi pasar MPV kelas atas di Indonesia.